3. Inflasi: Potensi peningkatan inflasi akibat kenaikan harga barang impor dan bahan baku.
4. Utang Luar Negeri: Beban utang luar negeri pemerintah dan korporasi dalam mata uang asing menjadi lebih berat.
Dalam menghadapi fluktuasi nilai tukar, Bank Indonesia (BI) biasanya melakukan intervensi di pasar valuta asing untuk menjaga stabilitas rupiah.
Langkah-langkah yang dilakukan BI meliputi:
1. Intervensi di Pasar Spot: Membeli atau menjual dolar AS untuk menstabilkan kurs rupiah.
2. Operasi Moneter: Mengelola likuiditas di pasar uang untuk mendukung stabilitas nilai tukar.
3. Kebijakan Suku Bunga: Menyesuaikan suku bunga acuan untuk mengendalikan inflasi dan menjaga daya tarik investasi di Indonesia.
Seiring dengan perkembangan kondisi global, prospek nilai tukar rupiah masih akan sangat bergantung pada:
1. Kebijakan Moneter AS: Termasuk sikap The Federal Reserve terkait suku bunga dan inflasi.
2. Situasi Geopolitik: Ketegangan perdagangan internasional dan konflik global yang mempengaruhi sentimen pasar.
3. Stabilitas Ekonomi Domestik: Kinerja ekonomi Indonesia, termasuk pertumbuhan ekonomi, inflasi, dan cadangan devisa.
Pelemahan nilai tukar rupiah menjadi fenomena yang harus diantisipasi dengan cermat oleh pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat.
Meski tekanan eksternal cukup kuat, fundamental ekonomi Indonesia yang stabil diharapkan dapat menjadi bantalan untuk menjaga stabilitas rupiah ke depan.
Bank Indonesia bersama otoritas terkait akan terus memantau perkembangan ini dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menjaga stabilitas makroekonomi nasional.