Meski bakcang semakin populer, tantangan untuk melestarikan tradisi ini tetap ada.
Generasi muda sering kali kurang tertarik untuk mempelajari cara membuat bakcang yang memerlukan waktu dan kesabaran.
Oleh karena itu, komunitas Tionghoa dan pemerhati budaya terus mengadakan lokakarya dan festival untuk memperkenalkan cara membuat bakcang kepada masyarakat luas.
Di sejumlah daerah, bakcang juga menjadi bagian dari acara tahunan untuk mempromosikan budaya lokal.
Misalnya, Festival Perahu Naga di Pontianak yang selalu menghadirkan bazar bakcang sebagai salah satu daya tarik utama.
Bakcang ketan bukan hanya sekadar makanan, tetapi juga simbol persatuan, kerja keras, dan penghormatan terhadap sejarah.
Dengan rasa yang khas dan nilai budaya yang mendalam, bakcang ketan terus menjadi warisan kuliner yang dicintai oleh berbagai kalangan.
Dalam setiap gigitan, tersimpan cerita panjang yang menghubungkan masa lalu dengan masa kini, menjadikannya hidangan yang tak lekang oleh waktu.*