Komunitas Tionghoa di berbagai daerah seperti Jakarta, Semarang, Surabaya, dan Medan menjadikan bakcang sebagai salah satu makanan khas yang sering hadir pada perayaan tradisional atau acara keluarga.
BACA JUGA:Kreativitas Kuliner: Aneka Olahan Makanan Berbahan Dasar Ubi Ungu yang Menggugah Selera
BACA JUGA:Es Batu : Kunci Utama dalam Menyajikan Beragam Minuman Segar yang Paling Banyak Dicari
Bahkan, bakcang ketan kini semakin populer dan banyak dijual di pasar tradisional maupun modern.
Membuat bakcang ketan memerlukan kesabaran dan keterampilan. Proses dimulai dengan merendam beras ketan hingga lunak.
Daun bambu yang digunakan untuk membungkus juga harus direndam dan direbus agar lentur serta bersih.
Isian bakcang biasanya terdiri dari campuran daging cincang, jamur, dan bumbu.
Namun, beberapa varian modern juga menawarkan isian vegetarian atau bahkan manis, seperti kacang hijau dan gula merah.
Setelah diisi dan dibungkus rapi, bakcang direbus atau dikukus selama beberapa jam hingga matang.
Selain rasa yang nikmat, bakcang juga memiliki nilai filosofis yang mendalam.
Bentuk segitiga bakcang melambangkan harmoni dan keseimbangan antara langit, bumi, dan manusia.
Proses membungkus bakcang yang rapi mencerminkan pentingnya kebersamaan dan kerja keras dalam kehidupan sehari-hari.
Di era modern, bakcang ketan tetap relevan sebagai salah satu kuliner favorit masyarakat.
Penjual bakcang kini hadir di berbagai platform online, memudahkan masyarakat untuk menikmatinya tanpa harus repot membuat sendiri.
Bahkan, sejumlah kafe dan restoran mengusung konsep "bakcang kekinian" dengan tampilan dan rasa yang lebih modern.
Selain itu, bakcang juga menjadi bagian dari tren budaya kuliner internasional. Banyak wisatawan asing yang tertarik mencoba hidangan ini saat berkunjung ke Indonesia, terutama di daerah Pecinan yang kaya akan budaya Tionghoa.