Sebagian orang memilih untuk melarikan diri ke hutan dan akhirnya menetap di daerah yang kini dikenal sebagai Kisam.
Cerita ini menggambarkan bagaimana Suku Kisam memiliki sejarah yang panjang terkait dengan penyebaran agama Islam.
Sekaligus menggambarkan perjuangan mereka untuk mempertahankan adat dan tradisi yang telah turun-temurun.
Suku Kisam juga memiliki sejumlah tokoh leluhur yang sangat dihormati dan dikenang hingga saat ini.
Beberapa tokoh penting dalam sejarah Suku Kisam antara lain Puyang Kedum, Puyang Tanjung Rhaye, Puyang Seninting, Puyang Serunting Sakti, Puyang Campang Tige, Puyang Matah Diangkat, dan Puyang Neraca.
Para tokoh ini diyakini sebagai pendiri dan pembentuk dusun pemukiman yang berkembang pesat dan memiliki banyak keturunan.
Dusun-dusun yang dibentuk oleh para leluhur ini kini telah berkembang menjadi desa dan kecamatan di wilayah OKU Selatan.
Kehidupan masyarakat Kisam pada masa lalu sangat bergantung pada kebiasaan bergotong-royong.
Mereka memiliki adat-istiadat yang disebut Jaran Besemah atau Seganti Setungguan, yang merupakan simbol kekompakan dan kerja sama dalam masyarakat.
Adat ini mengajarkan pentingnya saling membantu antara sesama warga dalam setiap aspek kehidupan, baik dalam urusan pribadi maupun urusan masyarakat.
Namun, saat ini kebiasaan gotong-royong tersebut hanya tampak pada acara-acara adat tertentu, seperti upacara kematian dan perayaan adat.
Sebagian besar masyarakat Suku Kisam hidup sebagai petani, terutama dalam bidang perladangan.
Mereka menggantungkan hidup pada hasil pertanian, seperti padi, jagung, dan berbagai tanaman lainnya.
Masyarakat Kisam juga dikenal memiliki kemampuan dalam bercocok tanam di daerah pegunungan yang subur dan kaya akan sumber daya alam.
Kehidupan mereka yang sederhana dan dekat dengan alam menjadikan Suku Kisam sebagai salah satu suku yang masih mempertahankan tradisi agraris mereka hingga saat ini.
Masyarakat Kisam juga memiliki keterampilan dalam membuat kerajinan tangan dari bahan-bahan alam sekitar, seperti bambu dan rotan.