Menggeser Jantung Ekonomi, Menunaikan Janji Hilirisasi

Sejumlah peserta bersantai di ruang tunggu saat Indonesia International Sustainability Forum (ISF) 2025 di Jakarta International Convention Center (JICC) Senayan, Jakarta, Jumat (10/10/2025)-Foto : ANTARA-
AKTIVITAS industri manufaktur Indonesia menunjukkan denyut ekspansi berkelanjutan di level 50,4 pada September 2025, yang merupakan sebuah sinyal positif, bahkan melampaui kinerja manufaktur Jepang dan Jerman.
Hanya saja, seperti dikutip S&P Global, optimisme jangka pendek ini menyamarkan sebuah krisis laten yang jauh lebih mematikan.
Oleh sebagian ekonom, Indonesia, kini disebut berada dalam cengkeraman deindustrialisasi prematur, yaitu penurunan peran industri sebelum ekonomi nasional mencapai kematangan yang memadai, sebuah diagnosis kritis yang dikemukakan oleh ekonom Dani Rodrik.
Kontribusi sektor manufaktur yang seharusnya menjadi motor utama pertumbuhan, terus merosot tajam, anjlok dari 27,4 persen produk domestik bruto (PDB) pada tahun 2001, tersisa di angka 18,3 persen pada tahun 2023.
Krisis struktural yang mengancam jebakan pendapatan menengah (middle-income trap) inilah yang membuat program Hilirisasi menjadi mandat utama pembangunan, saat ini.
Krisis struktural ini berakar dari kegagalan tata kelola industri masa lalu. Evaluasi implementasi Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian menemukan dua sangkaan utama: sentralisme kebijakan dan ketergantungan kronis.
Investasi dan pembangunan industri terpusat di Jawa, sementara kawasan luar Jawa yang kaya raya hanya dijadikan pemasok bahan mentah.
Imbasnya, industri domestik terlalu bergantung pada impor bahan baku, menyebabkan rendahnya nilai tambah dalam negeri (TKDN) dan lemahnya daya saing global.
Program Hilirisasi yang dicanangkan pemerintah hadir sebagai respons radikal dan wajib terhadap krisis ini. Hilirisasi bukan sekadar agenda ekonomi, melainkan strategi transformasi struktural total.
Tujuannya jelas, memaksa Indonesia bertransisi dari penjual komoditas mentah menjadi produsen produk jadi bernilai tinggi, sekaligus mematahkan rantai sentralisme pembangunan di Jawa.
Komitmen ini telah menarik kepercayaan investor dan kini menuntut reformasi kelembagaan yang adaptif di seluruh Indonesia.
Investasi lintas wilayah
Kepercayaan investor terhadap janji hilirisasi terbukti kuat di tengah ketidakpastian global.
Realisasi investasi nasional sepanjang Semester I Tahun 2025 mencapai Rp942,9 triliun, dengan kontribusi sektor hilirisasi mencapai Rp280,8 triliun, setara 29,8 persen dari total keseluruhan.