Salah satunya adalah Dusun Minanga Tuha, yang terletak di wilayah marga Semendawai Suku I.
Dusun ini diperkirakan pernah menjadi pusat awal Kerajaan Sriwijaya, sebuah kerajaan maritim yang pernah menguasai Asia Tenggara.
Minanga Tuha menjadi lokasi strategis sebagai pelabuhan perdagangan dan titik pertemuan antara pedagang lokal dan asing.
BACA JUGA:Asal Usul dan Legenda Gunung Seminung : Perjalanan Masyarakat Lampung dari Zaman Nabi Nuh !
Posisi ini mendukung perkembangan budaya dan ekonomi suku Komering, serta memperkuat koneksi mereka dengan dunia luar.
Seiring perjalanan waktu, suku Komering, seperti kebanyakan kelompok Melayu lainnya, menerima Islam sebagai agama utama.
Proses penyebaran Islam di Komering melahirkan banyak kisah yang diabadikan dalam budaya lokal, salah satunya adalah legenda tentang Panglima Tandipulau, seorang panglima dari pasukan Fatahillah dari Banten.
Tandipulau adalah tokoh yang diyakini datang ke wilayah marga Semendawai Suku III dengan perahu, melalui aliran Sungai Komering.
Sosok Tandipulau dikenal sebagai tuan di pulau dalam bahasa Komering, dan makamnya yang berada di Dusun Kuripan masih terawat dan menjadi tempat ziarah hingga kini.
Rumah tradisional suku Komering mencerminkan filosofi dan adat istiadat yang dianut masyarakatnya.
Masyarakat Komering mengenal dua jenis rumah tradisional, yakni rumah ulu dan rumah gudang.
Kedua rumah ini dibangun dengan prinsip rumah panggung, yang menggunakan tiang penyangga untuk menjaga bangunan dari tanah langsung.
Bahan utamanya adalah kayu, dengan dinding dan lantai yang terbuat dari papan, mencerminkan gaya arsitektur yang harmonis dengan alam.
Rumah ulu sepenuhnya menggunakan kayu atau papan sebagai bahan utamanya, dengan teknik sambungan kayu yang menggunakan pasak kayu atau bambu, tanpa paku.
Setiap bagian rumah memiliki makna dan fungsi tersendiri.