KORANPALPOS.COM - Kabupaten Muara Enim, yang terletak di Provinsi Sumatera Selatan, tidak hanya dikenal sebagai daerah dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) terbesar di provinsi tersebut.
Tetapi juga sebagai wilayah dengan sejarah panjang dan kekayaan budaya yang terus dipelihara.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Selatan, Kabupaten Muara Enim memiliki PDRB sebesar Rp181.352,59 miliar, menjadikannya salah satu wilayah paling kaya dan potensial dalam segi ekonomi di Sumatera Selatan.
BACA JUGA:Asal Usul dan Sejarah Sungai Lematang : Ikon Alam dan Identitas Budaya Masyarakat Lahat !
Kekayaan ini didukung oleh sektor-sektor vital seperti pertambangan, perkebunan, dan pariwisata.
Sejarah Kabupaten Muara Enim tidak lepas dari perjalanan panjang dan perubahan administrasi sejak masa penjajahan hingga kemerdekaan.
Pada masa Hindia Belanda, wilayah ini terdiri dari beberapa marga yang tersebar di sepanjang Sungai Enim dan Sungai Lematang.
BACA JUGA:Asal Usul dan Nama 9 Anak Sungai Musi : Kekayaan Alam dan Budaya Sumatera Selatan !
BACA JUGA:Asal Usul dan Legenda Gunung Seminung : Perjalanan Masyarakat Lampung dari Zaman Nabi Nuh !
Masing-masing marga dipimpin oleh seorang kepala pemerintahan yang disebut Pasirah yang menjalankan pemerintahan lokal dan menjaga adat istiadat masyarakat setempat.
Saat pendudukan Jepang, marga-marga ini diintegrasikan menjadi dua kewedanaan, yaitu Kewedanaan Lematang Ogan Tengah dan Kewedanaan Lematang Ilir.
Pasca-kemerdekaan, kedua kewedanaan ini akhirnya disatukan menjadi Kabupaten Lematang Ilir Ogan Tengah (LIOT) dengan pusat pemerintahan di Muara Enim.