Bahasa Melayu masih menjadi bahasa yang digunakan sehari-hari oleh masyarakat setempat, meskipun dalam beberapa konteks formal atau pendidikan, bahasa Indonesia digunakan.
Selain itu, pengaruh budaya Jawa masih terlihat dalam beberapa tradisi dan sistem sosial masyarakat Muara Enim, sebagai hasil dari perpaduan budaya yang terjadi sejak masa pendirian kabupaten ini.
Meskipun demikian, modernisasi dan perkembangan ekonomi membawa tantangan bagi masyarakat Muara Enim.
Banyak generasi muda yang mulai terpengaruh oleh budaya luar dan beralih ke gaya hidup modern.
Hal ini menjadi perhatian pemerintah dan tokoh masyarakat setempat yang ingin menjaga identitas budaya lokal.
Berbagai program pelestarian budaya dijalankan, seperti pengajaran bahasa daerah di sekolah-sekolah dan pelatihan kesenian tradisional untuk anak-anak muda.
Selain itu, kegiatan festival budaya juga rutin diselenggarakan untuk mempromosikan kekayaan budaya Muara Enim dan memperkenalkan tradisi kepada generasi muda.
Pemerintah daerah bersama para tokoh masyarakat terus berupaya agar nilai-nilai tradisional ini tetap hidup dan dapat diwariskan kepada generasi mendatang.
Dengan sejarah panjang yang meliputi berbagai periode, mulai dari zaman kerajaan, masa penjajahan, hingga kemerdekaan, Kabupaten Muara Enim telah menjadi wilayah yang kaya akan nilai sejarah dan budaya.
Keberhasilan Muara Enim dalam mencapai PDRB tertinggi di Sumatera Selatan menunjukkan potensi ekonomi yang besar, sementara keberhasilan masyarakat dalam mempertahankan budaya menunjukkan kekuatan identitas dan kebersamaan yang kokoh.
Kabupaten Muara Enim tidak hanya dikenal sebagai wilayah kaya secara ekonomi, tetapi juga sebagai tempat di mana sejarah, budaya, dan tradisi hidup berdampingan dengan perkembangan modern.
Bagi masyarakat Muara Enim, tanah ini merupakan simbol kejayaan masa lalu yang diwariskan kepada generasi sekarang dan menjadi tanggung jawab bersama untuk menjaga dan melestarikannya bagi masa depan.