Hal ini menjadi kontras yang mencolok dengan pandangan saya sebelumnya tentang bagaimana seharusnya penampilan mereka.
“Kami disini hanya memikirkan pekerjaan saja, semuanya sudah terjamin kami tidak memikirkan mencuci pakaian, masak atau yang lainnya sebab itu semua ada yang mengerjakan,” ungkap Stanley Hendri salah satu crew RIG bagian HSSE ketika dibincangi Palembang Pos di green zone (zona aman) yang juga merupakan ruang pertemuan di RIG tersebut.
“Disini ada laundry (petugas yang mencuci pakaian), disini juga ada juru masak khusus bahkan makanan disini tidak kalah dengan makanan di hotel berbintang semua makanan yang disediakan terjamin kebersihan dan gizinya,” imbuhnya.
Stanley, yang telah bekerja di industri migas sejak tahun 1997, menjelaskan bahwa area tempat tinggal pekerja juga dirancang untuk kenyamanan maksimal.
Dengan fasilitas AC dan tempat tidur yang layak, setiap ruangan diisi dua hingga tiga pekerja, memberikan kenyamanan istirahat bagi para pekerja yang lelah.
“Setelah seharian bekerja, balik ke ruang tidur bisa menghilangkan rasa capek,” tambahnya.
Selain kenyamanan, rasa kekeluargaan juga sangat terasa di lingkungan RIG. Bagi Stanley, lingkungan kerja ini sudah seperti rumah kedua.
Walaupun harus jauh dari keluarga, rekan-rekan kerja menjadi pengganti yang saling mendukung satu sama lain.
Namun, di balik semua kenyamanan tersebut, ada pula tantangan berat yang sering dihadapi, mulai dari jam kerja panjang hingga suasana kerja yang kadang menimbulkan kejenuhan.
“Senangnya itu saya bisa melihat daerah-daerah baru yang selama ini belum pernah saya datangi, kemudian dapat rekan kerja baru dapat keluarga baru,” imbuhnya.
Namun dibalik semua itu sambung Stanley Hendri, dirinya pun pernah dihinggapi rasa jenuh.
Terutama pada saat mendapati hasil pekerjaan tidak sesuai dengan harapan dan apabila ada aksi unjuk rasa.
“Yang membuat tidak nyaman itu kalau ada aksi unjuk rasa, kita bekerja menjadi terganggu dan was-was,” tuturnya.
Selain itu sambung Stanley Hendri, hal lain yang kerap membuat jenuh apabila dilokasi pengeboran sulit mengakses sinyal telpon.
“Kalau dulu di lokasi sinyal sering susah didapat, itu membuat kita jenuh tapi itu dulu. Kalau sekarang sudah tidak lagi, sekarang kita bisa komunikasi sama keluarga dan lainnya dengan lancar bisa video call,” ucapnya.
Ketika ditanya apakah dirinya selalu bercerita kepada keluarganya, tentang apa saja yang dikerjakan dilokasi pengeboran.