Asal Usul Nama Kota Muaradua : Kisah Pertemuan Sungai Selabung dan Saka di OKU Selatan !

Senin 14 Oct 2024 - 06:17 WIB
Reporter : Maryati
Editor : Robiansyah

Sungai ini menjadi jalur transportasi utama, terutama bagi para pedagang yang menggunakan rakit bambu dan perahu untuk mengangkut barang dari hulu ke hilir.

Bagian hilir dari pertemuan sungai di Pasar Lama menjadi tempat berlabuh bagi rakit-rakit bambu yang datang dari daerah hulu, membawa hasil bumi seperti kayu, rotan, dan produk pertanian lainnya.

Sementara itu, dari bagian hilir Sungai Komering, perahu-perahu yang membawa barang-barang dagangan dari daerah lain juga sering berlabuh di Pasar Lama.

Aktivitas perdagangan ini membuat Muaradua tumbuh menjadi pusat ekonomi yang cukup penting, tidak hanya bagi masyarakat lokal tetapi juga bagi para pedagang dari luar daerah.

Jalur sungai ini memungkinkan distribusi barang menjadi lebih mudah dan efisien, terutama di saat jalur darat masih terbatas.

Menariknya, asal usul nama Komering sendiri memiliki cerita yang tidak kalah menarik. Menurut beberapa sumber, kata Komering sebenarnya berasal dari istilah dalam Bahasa India yang berarti Pinang.

Diceritakan bahwa pada masa lalu, ada seorang saudagar besar yang berdagang pinang di wilayah ini, yang berasal dari India.

Karena banyaknya pinang yang diperdagangkan dan pentingnya peran saudagar tersebut dalam perdagangan lokal, wilayah ini kemudian dikenal dengan sebutan Komering, yang merujuk pada sang juragan pinang dari India.

Hingga saat ini, nama Komering masih melekat kuat pada wilayah yang dilalui oleh aliran Sungai Komering, termasuk di antaranya Muaradua dan beberapa daerah di sekitarnya.

Kisah tentang juragan pinang dari India ini menjadi bagian tak terpisahkan dari sejarah panjang perdagangan di wilayah tersebut, yang menunjukkan betapa luasnya jaringan perdagangan internasional pada masa lalu.

Kota Muaradua hingga kini masih mempertahankan nilai-nilai sejarah dan budayanya yang kaya.

Banyak dari bangunan bersejarah yang masih tersisa, meskipun beberapa di antaranya sudah mulai termakan usia.

Makam Puyang Komering misalnya, masih sering dikunjungi oleh masyarakat yang ingin berziarah atau sekadar mengenang sejarah leluhur mereka.

Begitu pula dengan peninggalan jembatan gantung yang meskipun sudah tidak digunakan, tetap menjadi simbol sejarah transportasi di Muaradua.

Keberadaan jembatan ini mengingatkan kita pada masa lalu, di mana sungai masih menjadi jalur utama transportasi dan distribusi barang.

Dalam beberapa dekade terakhir, dengan perkembangan infrastruktur jalan yang lebih baik, jalur sungai mungkin sudah tidak lagi menjadi pilihan utama, namun sejarah yang ditinggalkan tetap berharga untuk dipelajari.

Kategori :