Pertemuan kedua sungai ini menciptakan muara yang besar, yang kemudian diberi nama Muaradua, atau dua muara dalam Bahasa Indonesia.
Kota ini pun menjadi tempat penting dalam jalur transportasi sungai yang menghubungkan berbagai daerah di sekitar OKU Selatan.
Pasar Lama merupakan daerah yang memiliki nilai sejarah tinggi bagi Kota Muaradua.
BACA JUGA:Asal Usul dan Sejarah Kabupaten Muaraenim : Berikut 6 Tokoh Terkenal dan Berpengaruh !
BACA JUGA:Lubuklinggau Siap Jadi Ibu Kota : Ini Rencana Pemekaran Provinsi Sumsel Barat di Sumatera Selatan !
Pada abad ke-18 dan 19, wilayah ini menjadi pusat perdagangan utama bagi para saudagar lokal maupun pendatang dari luar.
Para pedagang memanfaatkan Sungai Komering sebagai jalur distribusi barang dagangan, seperti hasil bumi, kebutuhan sehari-hari, dan komoditas lainnya.
Sungai ini menjadi urat nadi perekonomian Muaradua pada masa itu, terutama ketika jalur darat masih sulit diakses dan transportasi melalui sungai menjadi pilihan utama.
Di sekitar wilayah Pasar Lama dan Simpang Pendagan, masih terdapat bangunan bersejarah yang menjadi bagian dari peninggalan masa lalu.
Salah satunya adalah makam Puyang Komering, yang diyakini sebagai makam tokoh penting dalam sejarah daerah ini.
Makam tersebut berada di dataran tinggi di Pasar Lama, dan menjadi lokasi ziarah bagi sebagian masyarakat setempat.
Beberapa orang menyebutnya sebagai makam Puyang Raden Runtak, seorang tokoh yang memiliki pengaruh besar di daerah ini.
Tidak jauh dari makam tersebut, juga terdapat bekas jembatan gantung yang dulu menghubungkan wilayah Pasar Lama dengan daerah Pendagan.
Jembatan ini dulunya menjadi penghubung utama bagi penduduk yang ingin menyeberangi sungai tanpa harus menggunakan perahu atau rakit.
Kini, meskipun jembatan tersebut sudah tidak berfungsi, keberadaannya masih dikenang sebagai bagian penting dari sejarah transportasi di Muaradua.
Pada masa lalu, Sungai Komering memainkan peran yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat Muaradua.