Secara administratif, Kabupaten Muara Enim terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1959.
Tanggal 20 November ditetapkan sebagai hari jadi Kabupaten Muara Enim untuk menghormati peran penting wilayah ini dalam sejarah pembentukan Provinsi Sumatra Selatan.
Pada masa penjajahan Belanda, wilayah Muara Enim dikelola sebagai bagian dari Onder Afdeling Lematang Ilir yang tunduk pada Afdeling Palembangsche Boven Landen dengan pusat pemerintahan di Lahat.
Ketika Jepang menduduki Indonesia, nama wilayah ini diubah menjadi Lematang Sijo (atau Seco) dan dikelompokkan dalam wilayah administratif baru yang dikenal sebagai Lematang Ogan Tengah.
Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, melalui sidang Dewan Karesidenan Palembang pada tanggal 20 November 1946, wilayah Lematang Ilir dan Lematang Ogan Tengah digabung menjadi Kabupaten Lematang Ilir Ogan Tengah.
Transformasi ini mengawali perjalanan sejarah Muara Enim sebagai kabupaten yang memiliki peran strategis di Sumatra Selatan.
Sebagai kabupaten yang kaya akan sumber daya alam dan sejarah panjang, Muara Enim memiliki sejumlah fakta menarik yang patut diketahui:
1. Asal Usul Nama Kabupaten Muara Enim
Nama Muara Enim berasal dari kampung Karang Enim yang sebelumnya dikenal sebagai Marga Semendo Darat.
Nama ini menggambarkan pertemuan (muara) antara dua sungai besar, yakni Sungai Enim dan Sungai Lematang, yang menjadi urat nadi kehidupan masyarakat di wilayah ini.
2. Salah Satu Kabupaten Terkaya di Sumatera Selatan
Muara Enim dikenal sebagai salah satu kabupaten terkaya di Sumatera Selatan berkat melimpahnya sumber daya alam, terutama batubara.
Salah satu tambang batubara terbesar di Indonesia, Tambang Tanjung Enim, terletak di kabupaten ini.
Selain batubara, Muara Enim juga memiliki potensi di bidang pertanian, perkebunan, dan pariwisata alam.