Salah satu faktor utama adalah musim panen dan cuaca.
Pada saat musim panen, harga komoditas seperti cabai dan bawang cenderung turun karena pasokan yang melimpah.
Sebaliknya, saat musim paceklik atau terjadi gangguan cuaca seperti banjir atau kemarau, harga cenderung naik karena pasokan berkurang.
Selain itu, faktor distribusi juga memainkan peran penting.
Gangguan dalam rantai distribusi, baik karena keterbatasan infrastruktur, cuaca buruk, atau hambatan logistik lainnya, dapat menyebabkan kenaikan harga di pasar.
Pemerintah dan pihak terkait terus berupaya untuk memastikan kelancaran distribusi barang agar harga komoditas pangan tetap stabil.
Faktor lain yang memengaruhi adalah permintaan pasar.
Kenaikan permintaan, terutama menjelang hari-hari besar seperti Idul Fitri, Natal, atau acara-acara besar lainnya, dapat memicu kenaikan harga komoditas tertentu.
Misalnya, permintaan akan daging sapi dan ayam biasanya meningkat menjelang Idul Adha, sehingga harga cenderung naik.
Di sisi lain, kebijakan pemerintah juga berperan dalam mengatur harga komoditas pangan.
Melalui program seperti SPHP, pemerintah berupaya menjaga stabilitas harga beras dengan memastikan pasokan yang cukup di pasar.
Selain itu, kebijakan impor juga dapat memengaruhi harga komoditas seperti gula dan bawang putih, yang sebagian besar masih diimpor dari luar negeri.
Perubahan harga komoditas pangan, baik naik maupun turun, memiliki dampak yang signifikan bagi masyarakat, terutama bagi mereka yang berada di lapisan ekonomi menengah ke bawah.
Kenaikan harga pangan, terutama bahan-bahan pokok seperti beras, daging, dan minyak goreng, dapat meningkatkan biaya hidup dan memperburuk kondisi ekonomi rumah tangga.
Bagi para pedagang dan petani, fluktuasi harga juga memberikan dampak yang beragam.
Pada satu sisi, harga yang tinggi dapat memberikan keuntungan lebih bagi petani dan pedagang.