Tari Tanggai memiliki makna yang mendalam, terutama dalam konteks budaya dan adat istiadat masyarakat Palembang.
Gerakan-gerakan dalam tarian ini melambangkan keanggunan, kelembutan, serta penghormatan terhadap tamu.
Penari yang membawakan Tari Tanggai biasanya perempuan, dengan pakaian adat khas Palembang yang megah, lengkap dengan hiasan kepala dan perhiasan emas yang mencerminkan kekayaan budaya setempat.
Makna dari setiap gerakan Tari Tanggai menggambarkan sifat kebersahajaan, kesopanan, serta rasa hormat kepada tamu.
Dalam filosofi masyarakat Palembang, menyambut tamu dengan penuh hormat adalah cerminan budi pekerti yang luhur.
Oleh karena itu, gerakan tangan yang halus, langkah yang lembut, serta pandangan mata yang tenang dalam tarian ini menjadi simbol keramahan dan penghargaan.
Tari Tanggai juga mencerminkan hubungan harmonis antara manusia dan alam, serta kepercayaan spiritual yang kuat pada masa lalu.
Masyarakat Palembang percaya bahwa tarian ini mengandung doa dan harapan agar tamu yang datang membawa berkah dan kemakmuran bagi kerajaan.
Perkembangan Tari Tanggai
Seiring dengan perkembangan zaman, Tari Tanggai mengalami beberapa perubahan, baik dari segi gerakan, kostum, maupun fungsi pertunjukannya.
Jika pada masa Kerajaan Sriwijaya tarian ini hanya dipentaskan dalam acara-acara kerajaan atau upacara keagamaan, kini Tari Tanggai telah menjadi bagian penting dari berbagai acara budaya, pariwisata, hingga pernikahan adat Palembang.
Pada masa modern, Tari Tanggai sering ditampilkan dalam berbagai acara formal, seperti penyambutan tamu negara, festival kebudayaan, dan acara-acara seremonial lainnya.
Selain itu, Tari Tanggai juga menjadi salah satu daya tarik wisata budaya yang banyak dipromosikan di Palembang, baik dalam acara tingkat nasional maupun internasional.
Dengan begitu, tarian ini menjadi salah satu ikon kebudayaan Sumatera Selatan yang terus diwariskan kepada generasi muda.