Namun, meskipun telah mengalami modernisasi, esensi dan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Tari Tanggai tetap dijaga.
Gerakan tarian yang lembut dan anggun tetap menjadi ciri khas yang dipertahankan oleh para penari, sementara kostum dan hiasan yang digunakan masih merujuk pada gaya tradisional.
Kostum dan Properti Tari Tanggai
Salah satu ciri khas yang membuat Tari Tanggai sangat memukau adalah kostum dan properti yang dikenakan oleh para penari.
Penari Tanggai biasanya mengenakan pakaian adat Palembang yang disebut Aesan Gede.
Pakaian ini terdiri dari kain songket yang mewah, baju kurung yang dihiasi bordir emas, serta perhiasan emas yang menghiasi kepala, leher, dan tangan penari.
Hiasan kepala yang disebut Suntiang menjadi salah satu elemen penting dalam kostum Tari Tanggai, yang mencerminkan kemuliaan dan keanggunan perempuan Palembang.
Selain itu, properti utama dalam Tari Tanggai adalah tanggai, yaitu kuku-kuku emas yang dipasang pada jari-jari penari.
Tanggai ini melambangkan kecantikan dan kehalusan gerakan, sekaligus menambah keindahan visual dari tarian ini.
Tanggai juga memiliki makna spiritual sebagai simbol penghormatan kepada tamu yang disambut.
Pelestarian Tari Tanggai
Meskipun Tari Tanggai telah mengalami perkembangan dalam berbagai aspek, pelestarian tarian ini tetap menjadi perhatian utama bagi masyarakat dan pemerintah daerah Sumatera Selatan.
Upaya untuk melestarikan Tari Tanggai dilakukan melalui berbagai cara, seperti mengadakan pelatihan tari di sanggar-sanggar seni, menggelar festival kebudayaan, serta memperkenalkan tarian ini kepada wisatawan mancanegara.
Selain itu, Tari Tanggai juga diajarkan di sekolah-sekolah di Sumatera Selatan sebagai bagian dari pelajaran seni dan budaya.
Hal ini bertujuan agar generasi muda dapat mengenal dan mencintai warisan budaya leluhur mereka, sekaligus menjaga kelestariannya di masa depan.
Tari Tanggai adalah salah satu wujud kekayaan budaya Indonesia yang tidak hanya memikat dari segi estetika, tetapi juga sarat dengan nilai sejarah dan filosofi.