Pada tahun 2019, jumlah penduduk kelas menengah di Indonesia mencapai 57,33 juta jiwa.
Namun, angka ini menurun menjadi 48,27 juta jiwa pada tahun 2023, atau sekitar 17,44 persen dari total jumlah penduduk Indonesia.
BPS juga melaporkan bahwa pada tahun 2024, jumlah penduduk kelas menengah mengalami penurunan lebih lanjut menjadi 47,85 juta orang atau 17,13 persen dari total penduduk.
Penurunan jumlah kelas menengah ini menunjukkan adanya perubahan dalam struktur ekonomi Indonesia yang memerlukan perhatian serius dari pemerintah dan pelaku industri.
"Penurunan kelas menengah tentu memengaruhi daya beli masyarakat, dan ini berimbas pada sektor otomotif," kata Yannes.
Untuk membangkitkan sektor otomotif, diperlukan kolaborasi antara pemerintah, pelaku industri, dan masyarakat.
Pemerintah perlu menyusun kebijakan yang mendukung insentif dan industrialisasi, sementara pelaku industri harus beradaptasi dengan perubahan pasar dan berinvestasi dalam teknologi serta inovasi.
Masyarakat juga perlu diberikan informasi dan edukasi mengenai manfaat memiliki kendaraan baru, terutama kendaraan yang ramah lingkungan.
Insentif dan industrialisasi merupakan kunci untuk membangkitkan sektor otomotif nasional yang kini sedang menghadapi tantangan besar.
Dengan dukungan kebijakan pemerintah dan komitmen dari pelaku industri, sektor otomotif diharapkan dapat pulih dan berkembang, serta berkontribusi positif bagi ekonomi nasional.
Langkah-langkah strategis yang diambil saat ini akan menentukan masa depan sektor otomotif Indonesia dalam menghadapi perubahan struktur ekonomi dan peningkatan daya beli masyarakat.
Untuk mewujudkan harapan ini, semua pihak perlu bekerja sama dan berkomitmen dalam upaya pemulihan dan pengembangan sektor otomotif yang berkelanjutan.
Dengan langkah-langkah yang tepat, sektor otomotif Indonesia dapat kembali menjadi salah satu pilar utama dalam perekonomian nasional.