Dengan populasi 843.871 jiwa yang tersebar di 21 kecamatan, Banyuasin dikenal sebagai lumbung pangan provinsi ini.
Selain peranannya dalam penyediaan pangan, Banyuasin juga memiliki potensi ekowisata yang signifikan.
Taman Nasional Sembilang, yang terletak di kabupaten ini, menjadi tujuan wisata ekologi yang populer.
Setiap akhir tahun, taman nasional ini menjadi tempat singgah jutaan burung migran, menjadikannya lokasi penting untuk pengamatan burung dan ekowisata.
Namun, dengan luas wilayah dan potensi ekowisata yang ada, Banyuasin perlu menangani isu-isu lingkungan seperti pencemaran dan deforestasi.
Pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan akan memastikan bahwa kekayaan alam dapat dinikmati oleh generasi mendatang.
4. Muara Enim: Lumbung Energi dan Kebutuhan Pembangunan Infrastruktur
Kabupaten Muara Enim memiliki luas wilayah 7.383,90 km², menjadikannya sebagai kabupaten terluas keempat di Sumatera Selatan.
Terdiri atas 20 kecamatan dengan jumlah penduduk sekitar 617.846 jiwa, Muara Enim dikenal sebagai pusat industri energi, terutama batu bara.
Penambangan batu bara di Muara Enim dikelola oleh PT Bukit Asam (Tbk) dan terdapat pula PLTU mulut tambang.
Sebelum pemekaran yang membentuk Kota Prabumulih, Muara Enim memiliki wilayah yang lebih luas.
Beberapa kecamatan di Muara Enim saat ini berkeinginan untuk memisahkan diri dan membentuk Kabupaten Gelumbang, menunjukkan potensi perkembangan administratif di daerah ini.
Kekayaan sumber daya alam Muara Enim harus diimbangi dengan pembangunan infrastruktur yang memadai untuk mendukung industri dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
Perhatian terhadap masalah lingkungan dan pembangunan berkelanjutan menjadi penting untuk memastikan pertumbuhan yang seimbang.
5. Musi Rawas: Perkebunan dan Konektivitas
Kabupaten Musi Rawas (Mura) menduduki peringkat kelima sebagai kabupaten terluas di Sumatera Selatan.