Pudji Ismartini menjelaskan bahwa deflasi yang terjadi pada bulan Agustus ini umumnya disebabkan oleh pasokan yang melimpah.
“Andil deflasi disumbang karena penurunan harga pangan seperti produk tanaman pangan hortikultura dan peternakan. Hal ini terjadi karena biaya produksi yang turun, sehingga harga di tingkat konsumen juga ikut turun. Selain itu, adanya panen raya menyebabkan pasokan melimpah dan turut menurunkan harga,” jelasnya.
Deflasi ini mencerminkan penurunan daya beli masyarakat, yang perlu dikaji lebih lanjut untuk memahami dampaknya terhadap ekonomi secara keseluruhan.
BACA JUGA: Pertamina Turunkan Harga Pertamax Menjadi Rp13.550 per Liter per 1 September 2024
Meskipun penurunan harga pangan ini bermanfaat bagi konsumen, dampak terhadap daya beli masyarakat dan potensi efek jangka panjang pada ekonomi harus diperhatikan.
BPS mencatat bahwa Indonesia mengalami deflasi sebesar 0,03 persen pada Agustus 2024 dibandingkan dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) bulan sebelumnya.
IHK pada bulan Juli 2024 tercatat sebesar 106,09, sedangkan pada bulan Agustus 2024 turun menjadi 106,06.
Dengan deflasi ini, inflasi tahunan mencapai 2,12 persen (year-on-year/yoy) dan inflasi tahun kalender mencapai 0,87 persen (year-to-date/ytd).
Angka-angka ini menunjukkan bahwa meskipun terjadi penurunan harga dalam jangka pendek, tingkat inflasi tahunan tetap menunjukkan pertumbuhan moderat.
Deflasi bulanan sebesar 0,03 persen menunjukkan penurunan harga yang bermanfaat bagi konsumen, terutama dalam hal barang-barang kebutuhan pokok seperti bawang merah dan telur ayam ras.
Namun, deflasi yang terjadi secara terus-menerus dapat mengindikasikan masalah yang lebih kompleks dalam perekonomian, seperti penurunan daya beli masyarakat.
Penurunan harga yang berkelanjutan pada komoditas makanan penting dapat memberikan tekanan pada produsen dan petani, yang mungkin menghadapi tantangan dalam mempertahankan pendapatan mereka.
Hal ini juga dapat mempengaruhi kebijakan ekonomi pemerintah, yang harus menyeimbangkan antara mengatasi deflasi dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
Pemerintah dan BPS perlu terus memantau perkembangan harga pangan dan inflasi untuk menilai dampaknya terhadap perekonomian.
Kebijakan yang tepat harus diterapkan untuk memastikan keseimbangan antara menjaga daya beli masyarakat dan mendukung sektor produksi.