Filipina telah membuktikan kesuksesannya dalam mengekspor serat nanas ke Eropa, di mana regulasi di Eropa mengharuskan setidaknya 30 persen bahan tekstil mengandung bahan alami.
Meskipun Ogan Ilir memiliki potensi besar, tantangan utama yang dihadapi adalah regulasi mengenai bahan tekstil di Indonesia yang masih belum memadai.
Saat ini, regulasi di Indonesia memungkinkan penggunaan bahan poliester dan bahan kimia dalam produksi tekstil, sehingga Indonesia masih kesulitan bersaing di pasar dalam negeri.
Dalam menghadapi peluang ekspor ke Eropa, Bupati Ogan Ilir menegaskan bahwa pihaknya telah menugaskan dinas terkait untuk bernegosiasi agar nilai jual serat nanas dapat ditingkatkan.
Upaya ini mencakup penyiapan dua pengekspor yang sudah siap, dan dinas terkait diminta untuk menawar dengan harga yang relatif lebih tinggi.
Di Ogan Ilir, sudah ada beberapa rumah serat tempat produksi nanas, terutama di Payaraman dan Tanjung Batu, yang menjadi tempat produksi terbesar nanas.
Bupati Panca berharap upaya ini dapat membuka peluang baru bagi petani di Ogan Ilir dan meningkatkan kontribusi sektor pertanian, khususnya dalam pengembangan produk-produk berbahan dasar nanas.
Kepala Dinas Pertanian Ogan Ilir, Abi Bakrin Siddiq, juga memberikan informasi bahwa bantuan mesin serat nanas sudah tersalurkan sebanyak 8 unit.
Meskipun masih melalui koperasi, bantuan ini sudah dialokasikan di tiga wilayah atau kecamatan, yaitu di Lubuk Keliat, Tanjung Batu, dan Indralaya, meskipun masih dalam tahap finalisasi karena masih ada yang mengajukan.
Upaya ini diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi petani nanas di Ogan Ilir dan secara keseluruhan meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.
Ogan Ilir terus berkomitmen untuk menjadi sentra nanas Sumsel yang tidak hanya memenuhi kebutuhan dalam negeri tetapi juga memiliki potensi besar untuk bersaing di pasar internasional, khususnya pasar Eropa yang menjanjikan.***