Terapi Kanker Kini Minimal Invasif dan Bersifat Personal

Pemeriksaan mammografi.-Foto : ANTARA -
KORANPALPOS.COM – Terobosan dalam dunia medis terus berkembang, termasuk dalam penanganan kanker yang kini semakin mengarah pada pendekatan minimal invasif dan bersifat personal.
Terapi yang dulunya membutuhkan waktu lama dengan efek samping yang berat, kini sudah berkembang dengan teknik yang lebih efisien dan nyaman bagi pasien.
Hal ini disampaikan oleh dr. Ralph Girson Gunarsa, Sp.PD-KHOM, Dokter Subspesialis Hematologi Onkologi Medik dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) dalam sebuah diskusi kesehatan di Jakarta.
“Terapi kanker sekarang ini tidak lagi bersifat ‘satu obat untuk semua pasien’. Terapi lebih diarahkan sesuai dengan profil genetik, kondisi tubuh, serta respon biologis pasien. Selain itu, metode pemberian obat juga semakin berkembang, misalnya melalui injeksi subkutan (SC) yang memungkinkan pasien menerima terapi dengan cara yang lebih nyaman dan cepat dibandingkan infus intravena,” jelas dr. Ralph.
BACA JUGA:Cegah Kerusakan Hati dan Tingkatkan Fungsi Otak dengan Tahu
BACA JUGA:Buah Kurma, Si Kecil Manis dengan Segudang Manfaat untuk Kesehatan
Metode subkutan ini merupakan inovasi besar dalam pengobatan kanker.
Dengan cara penyuntikan di bawah kulit, pasien tidak perlu lagi menjalani prosedur pemasangan infus yang seringkali menyakitkan dan memerlukan waktu lebih lama.
Dalam beberapa kasus, terapi subkutan hanya membutuhkan waktu sekitar lima menit, jauh lebih singkat dibandingkan terapi konvensional intravena yang bisa memakan waktu hingga satu jam lebih.
"Metode ini juga sangat bermanfaat dalam meningkatkan kepatuhan pasien terhadap pengobatan, karena mereka merasa lebih nyaman dan tidak perlu lama-lama di rumah sakit," tambahnya.
BACA JUGA:Obati Penyakit Ginjal dan Redakan Asam Urat dengan Teh Daun Sukun
BACA JUGA:Tingkatkan Fungsi Otak dan Jaga Kesehatan Gigi dengan Teh Hitam
Terapi subkutan ini biasanya digunakan untuk jenis kanker tertentu seperti kanker payudara, kanker paru, dan limfoma, dengan tetap mempertimbangkan kondisi klinis pasien.
Selain lebih cepat, metode ini juga mengurangi risiko infeksi yang sering kali terjadi pada penggunaan akses intravena.