Bubur Suro : Sajian Tradisional Sarat Makna di Bulan Muharram

Bubur Suro: Lebih dari Sekadar Makanan, Simbol Syukur di Bulan Muharram-foto:[email protected]

KULINER,KORANPALPOS.COM - Bulan Muharram memiliki makna mendalam bagi umat Islam di berbagai belahan dunia.

Selain menjadi bulan pertama dalam kalender Hijriah, Muharram juga dikenal sebagai bulan yang penuh berkah dan refleksi spiritual.

Di Indonesia, bulan ini sering dikaitkan dengan tradisi kuliner khas, salah satunya adalah Bubur Suro.

BACA JUGA:Klepon Ubi Kuning : Kudapan Tradisional dengan Sentuhan Modern

BACA JUGA:Es Cincau Susu : Minuman Segar Pelepas Dahaga dengan Resep Mudah Dibuat di Rumah

Hidangan ini bukan sekadar makanan, tetapi juga memiliki nilai budaya dan religius yang kuat.

Bubur Suro merupakan hidangan khas yang biasanya disajikan pada tanggal 10 Muharram atau yang dikenal sebagai Hari Asyura. Tradisi pembuatan Bubur Suro diyakini berasal dari kisah Nabi Nuh AS.

Dalam sejarah Islam, setelah kapal Nabi Nuh mendarat di bukit Judi setelah banjir besar, para penumpangnya membuat makanan dari sisa bahan yang ada, yang kemudian menjadi cikal bakal Bubur Suro.

BACA JUGA:Ide Tumisan Sayur yang Lezat dan Mudah untuk Menu Sehari-hari

BACA JUGA:Srikaya Khas Palembang: Manisnya Kuliner Tradisional yang Melekat di Hati

Di Indonesia, Bubur Suro memiliki makna sebagai bentuk syukur dan doa untuk keberkahan di tahun yang baru.

Masyarakat Jawa, Sunda, hingga Sumatra memiliki tradisi memasak Bubur Suro secara bersama-sama dan membagikannya kepada kerabat serta tetangga sebagai wujud kebersamaan dan kepedulian sosial.

Bahan dan Cara Pembuatan

BACA JUGA:Apa Itu Butter? Mengenal Lebih Dekat Lemak Susu Serbaguna Ini

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan