Lembur tak Dibayar, Kontrak tak Diperpanjang : Ini yang Akan Dilakukan 6 Mantan Sekuriti PT MMU !

Edi Rusdi mantan sekuriti PT MMU.-Foto : Prabu-
KORANPALPOS.COM - Enam orang mantan sekuriti PT Maju Mandiri Utama (MMU) di Kota Prabumulih telah mengajukan tuntutan kepada perusahaan untuk membayar uang lembur mereka yang tak kunjung dibayarkan sejak tahun 2016.
Tuntutan ini diungkapkan oleh Edi Rusdi, salah satu mantan pegawai bagian keamanan kepada wartawan.
"Kami ada enam securiti PT MMU yang meminta agar uang lembur kami dibayarkan, karena sejak tahun 2014 tidak pernah dibayarkan dan kami bekerja lebih dari 7 jam setiap harinya,” ungkapnya.
Edi menambahkan bahwa meskipun mereka telah beberapa kali menanyakan perihal uang lembur tersebut, pihak manajemen selalu menghindar dengan alasan bahwa mereka tidak dapat dibayar karena tidak melakukan absen menggunakan sistem fingerprint.
BACA JUGA:Curi Motor Terparkir, Pelaku Curanmor Terancam 7 Tahun Penjara
BACA JUGA:Dua Pengedar Sabu di Sekayu diamankan
"Padahal, absen itu (fingerprint) baru diaktifkan tahun lalu. Sebelumnya, kami melakukan absen di kertas, namun itu tidak diakui. Berbagai alasan disampaikan terkait uang lembur kami tak dibayar, bahkan ketika pihak pusat PT MMU datang untuk melakukan upaya bipartit, hasilnya tetap nihil," keluhnya.
Edi Rusdi mengungkapkan bahwa selain masalah uang lembur, mereka juga diputus kontrak secara sepihak tanpa adanya kejelasan.
"Kami dikeluarkan tanpa alasan yang jelas. Mestinya, sebelum dikeluarkan, ada surat peringatan satu, dua, dan tiga. Namun, kami langsung dikeluarkan," tuturnya.
Dia juga menambahkan bahwa posisi mereka sebagai securiti langsung digantikan oleh pegawai baru.
BACA JUGA:Diduga Edarkan Sabu, 2 Oknum Polres OKU Terancam Dipecat
Ketika ditanya mengenai besaran uang lembur yang dituntut, Edi mengatakan bahwa jika dihitung-hitung, uang lembur untuk mereka ber enam mencapai miliaran rupiah.
"Untuk saya saja, jika dihitung sejak 2016, mencapai Rp 350 juta. Belum yang lain yang masa kerjanya lebih lama. Uang itu tidak pernah dibayarkan sejak kami mulai bekerja," bebernya.