Prabowo Teken PP No. 6 Tahun 2025 : Pekerja Terkena PHK Dapat Uang Tunai 60 Persen Upah Selama 6 Bulan !

Sejumlah karyawan berbelanja saat jam pulang kerja di Kota Tangerang, Banten, Senin (10/2/2025).-FOTO : ANTARA-
BACA JUGA:Fokus Penghematan tanpa Mengurangi Bantuan Sosial
Dengan adanya skema ini, diharapkan mereka dapat lebih mudah bertahan secara finansial sebelum mendapatkan pekerjaan baru.
Selain manfaat uang tunai bagi pekerja yang terkena PHK, PP 6/2025 juga mengatur perubahan besaran iuran program JKP.
Dalam Pasal 11, iuran JKP yang sebelumnya ditetapkan sebesar 0,46 persen dari upah per bulan kini diturunkan menjadi 0,36 persen.
BACA JUGA:Pelajaran Berharga dari Polemik Gas Melon
Iuran ini terdiri dari dua sumber utama, yaitu:
1. Iuran dari Pemerintah Pusat: Sebesar 0,22 persen dari upah sebulan.
2. Sumber pendanaan JKP: Sebesar 0,14 persen dari upah sebulan, yang berasal dari rekomposisi iuran Program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK).
Penurunan iuran ini diharapkan dapat mengurangi beban bagi pengusaha sekaligus tetap memastikan keberlanjutan program JKP.
Dengan skema baru ini, pemerintah menunjukkan komitmen untuk menjaga keseimbangan antara kepentingan pekerja dan keberlangsungan usaha di tengah tantangan ekonomi global.
PP Nomor 6 Tahun 2025 juga menambahkan ketentuan baru dalam Pasal 39A, yang mengatur mengenai kondisi perusahaan yang mengalami kebangkrutan atau pailit.
Dalam aturan ini disebutkan bahwa jika suatu perusahaan dinyatakan pailit atau tutup dan menunggak iuran JKP selama maksimal enam bulan, maka manfaat JKP tetap akan dibayarkan oleh BPJS Ketenagakerjaan.
Namun, aturan ini tidak menghapus kewajiban pengusaha untuk melunasi tunggakan iuran dan denda program jaminan sosial ketenagakerjaan.
Artinya, meskipun BPJS Ketenagakerjaan tetap memberikan manfaat kepada pekerja yang terdampak PHK, perusahaan tetap bertanggung jawab atas kewajiban iuran yang tertunda.