Waspada ! DBD di Sumsel Capai 5.243 Kasus
Petugas melakukan pengasapan (fogging) guna memberantas nyamuk penyebab demam berdarah dengue (DBD). Insert : Ilustrasi nyamuk Aedes Aegypti -Foto : ANTARA -
“Saya sangat khawatir karena banyak keluarga yang terkena DBD, termasuk anak-anak. Peningkatan kasus ini memang harus menjadi perhatian serius dari semua pihak,” kata Andi, Jumat (8/11).
BACA JUGA:Asyik ! Gaji Guru Berbasis Sertifikasi Naik Rp2 Juta
BACA JUGA:Korban Letusan Gunung Lewotobi Laki-Laki di Flores Timur Mencapai 10 Orang : Warga Mengungsi !
Andi berharap agar pihak berwenang bisa lebih intens dalam melakukan fogging (penyemprotan insektisida) dan kampanye untuk mengurangi tempat berkembang biaknya nyamuk penyebab DBD.
Senada dikatakan Ety. Menurut rumah tangga yang juga tinggal di Kembuning Kota Palembang, dirinya juga merasa khawatir dengan kondisi ini.
"Musim hujan seperti sekarang memang rentan terhadap penyakit ini. Kami berharap ada edukasi yang lebih intens kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan untuk mengurangi tempat-tempat yang bisa menjadi sarang nyamuk," harapnya,
Di sisi lain, Reni, salah seorang warga di Baturaja OKU menilai bahwa upaya pengendalian DBD harus melibatkan peran aktif masyarakat.
BACA JUGA:Yeni Roslaini : Harus Ada Keterwakilan Perempuan di Komisi Informasi Sumsel 2024-2028 !
BACA JUGA:KPK Ingatkan Pejabat Baru untuk Patuhi Kewajiban LHKPN
“Pemerintah memang harus menyediakan fasilitas dan sumber daya untuk penanggulangan DBD, namun kita sebagai warga juga harus lebih disiplin dalam menjaga kebersihan, terutama di rumah dan sekitar lingkungan,” tambahnya.
Aan, warga Muara Enim berharap agar langkah-langkah preventif yang lebih nyata dapat segera diterapkan untuk menurunkan jumlah kasus DBD yang semakin meningkat.
"Saya berharap kesadaran masyarakat semakin tinggi agar lingkungan dapat tetap bersih dan bebas dari genangan air yang menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk Aedes Aegypti, " tandasnya.
Terpisah Pemerhati Lingkungan Idham Rianom. Idham, yang juga menjabat sebagai Ketua Forum Palembang Bangkit (FPB), menilai bahwa tingginya angka DBD di tahun ini, yang jauh lebih tinggi dibandingkan 2023 yang tercatat hanya 2.804 kasus, mencerminkan perlunya kolaborasi lebih kuat antara pemerintah, masyarakat, dan berbagai pihak terkait untuk mengatasi masalah ini.
Idham mengungkapkan bahwa DBD merupakan masalah kesehatan yang sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan.
“Penyakit ini tidak hanya terkait dengan cuaca atau musim hujan, tetapi lebih pada bagaimana kita mengelola lingkungan kita. Genangan air yang menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk Aedes Aegypti sangat mudah ditemukan di sekitar kita, baik itu di pemukiman padat penduduk, perumahan, maupun area publik,” ujar Idham, yang juga dikenal aktif dalam gerakan lingkungan di Palembang.