Asal Usul Nama Pemulutan di Ogan Ilir : Kisah Mistis Pawang Buaya dan Jejak Sejarah di Tepi Sungai Ogan !
Asal usul nama Pemulutan di Kabupaten Ogan Ilir dan cerita mistis pawang buaya-Foto : Dokumen Palpos-
Generasi Kedua: Kamaluddin dan Ratu Jurum
Kamaluddin, keturunan Malik, melanjutkan tradisi ini dengan kemampuan hampir serupa.
Buaya tetap merespons panggilan mereka, dan tradisi menjaga keseimbangan antara manusia dan alam tetap terjaga.
Generasi Ketiga: Punggawa Cabuk dan Raden Jurung
Dalam generasi ketiga, hubungan antara pawang dan buaya mulai mengalami perubahan.
Meski buaya masih merespons panggilan, penunggangnya tidak lagi terlihat.
Hanya suara penunggang yang dapat didengar, menunjukkan adanya perubahan dalam dinamika hubungan ini.
Generasi Keempat: Tunak dan Raden Kuning
Pada masa ini, buaya sudah mulai lambat merespons panggilan, dan penunggangnya tidak lagi terdengar.
Perubahan ini membuat masyarakat semakin bingung, menciptakan keraguan terhadap hubungan antara manusia dan buaya.
Generasi Kelima: Imang dan Raden Sentul
Di generasi kelima, meskipun buaya tidak lagi datang saat dipanggil, pawang masih mampu mengusir mereka jika diperlukan.
Namun, kemampuan berkomunikasi dengan buaya semakin berkurang, dan masyarakat mulai meragukan efektivitas pawang buaya.
Generasi Keenam: Abdullah dan Raden Intan
Abdullah, generasi keenam, menghadapi tantangan lebih besar, di mana kemampuannya untuk memanggil buaya hampir tidak ada.