Mengungkap Keberadaan Puyang Serunting Sakti di Sumatera Selatan : Warisan Gaib dan Budaya di Tanah Besemah !
Jejak makan Serunting Sakti di Desa Pelang Kenidai Pagaralam Sumatera Selatan-Foto : Dokumen Palpos-
Batu Tapak Kaki, yang merupakan jejak fisik dari Puyang Serunting Sakti, juga dianggap sebagai jembatan emosional antara beliau dan keturunannya.
Cerita mengenai asal usul Puyang Serunting Sakti mengalami perbedaan pandangan.
Beberapa cerita menyebutkan bahwa beliau berasal dari daerah Sumidang, sementara masyarakat Besemah, khususnya Pelang Kenidai, mengenal beliau sebagai bagian dari Suku Semidang.
Perbedaan ini menunjukkan dinamika dalam sejarah dan budaya lokal yang sering kali membingungkan bagi orang luar.
Di wilayah sekitar Gunung Dempo, istilah Pasemah dan Besemah sering dianggap sama, meskipun ada perbedaan dalam penggunaannya.
Pasemah biasanya merujuk pada wilayah, sementara Besemah merujuk pada masyarakat yang tinggal di wilayah tersebut.
Hal yang sama juga berlaku untuk Semidang dan Sumidang, di mana perbedaan ini mencerminkan dialektika sejarah dan perkembangan budaya yang kompleks.
Suku Semidang, yang merupakan salah satu kelompok masyarakat Besemah, memiliki hubungan erat dengan Puyang Serunting Sakti.
Keturunannya telah menyebar ke berbagai daerah di Sumatera Selatan, Bengkulu, dan Lampung.
Masyarakat di daerah-daerah seperti Pagar Alam, Lahat, Ogan Komering Ulu, Muara Enim, dan Manna (Bengkulu Selatan) masih mempertahankan ikatan geneologis dengan Puyang Serunting Sakti.
Warisan Puyang Serunting Sakti tidak hanya berbentuk fisik, tetapi juga mempengaruhi nilai dan norma sosial di masyarakat Pelang Kenidai.
Kesaktian beliau dianggap sebagai simbol persatuan dan kontrol sosial, dengan ritual dan upacara yang masih dilakukan untuk menjaga keharmonisan masyarakat.
Keris Tata Renggane dan situs-situs sejarah seperti makam dan Batu Tapak Kaki berfungsi sebagai pengingat akan pentingnya warisan budaya dan sejarah mereka.
Puyang Serunting Sakti, atau Si Pahit Lidah, adalah salah satu tokoh legendaris yang sangat dihormati di tanah Besemah.
Meskipun banyak yang mungkin melihatnya sebagai mitos, bagi masyarakat Pelang Kenidai, beliau adalah bagian tak terpisahkan dari identitas mereka.