PTPN I Regional 7 Mengejar Rendemen Tebu sampai ke Tulungbuyut

Kebun Tebu PTPN I Regional I-Foto : Istimewa-

“Pada awalnya, kami mendapat mandat dari Direksi PTPN VII untuk tanam tebu. Lalu, untuk tebu pengelolaannya beralih ke BCN. Nah, sekarang di take over lagi ke Subholding Sugar Co, yaitu PT SGN. Nah, semua kami lakukan sesuai SOP dari induk,” kata dia.

Askep yang sudah 23 tahun bekerja di PTPN ini menambahkan, selain tanaman Ratoon, pihaknya juga memiliki tanaman baru alias PC (plant cane).

BACA JUGA:Peringati Tahun Baru Islam, PTPN I Reg 7 Beringin Berbagi Sembako

BACA JUGA:Pj. Bupati Banyuasin Ajak Masyarakat Manfaatkan Perkarangan Rumah

Menggunakan varietas baru, tanaman ini diyakini lebih baik dari sisi produktivitas dan rendemennya.

“Untuk yang PC, kami perkirakan ini produktivitasnya lebih baik dan rendemennya juga tinggi. Dari fisiknya, ketinggian tanaman bisa sampai 2,65 meter. Tetapi, rendemen itu dibentuk jika kita taat pola MSB (Manis, Segar, Bersih). Manis itu didapat dari umur kemasakan tebu yang sesuai , segarnya didapat dari tebu dari tebang sampai digiling tidak lebih dari 24 jam, dan Bersihnya diperoleh  dari saat pengawasan penebangan bersih dari trash sampai dimuat ke dalam truk ,” kata dia.

Tentang rencana ke depan tebu di Tulungbuyut, Manajer PTPN I Regional 7 Kebun Tulungbuyut Aripin Lubis menyatakan sangat prospektif.

Ia menyebut, dari uji coba dengan luas lahan antara 70—90 hektare, beberapa varietas, dan uji petik hasil dari tanaman PC, Ratoon 1 sampai Ratoon 9, secara umum sudah bisa diambil keputusan menjadi kebijakan.

“Kalau core business kita di Tubu ini kan karet.

Bahwa ada tebu, itu hanya sekitar 70—90 hektare dan ditanam bertahap dengan beberapa varietas.

Hasilnya alhamdulillah cukup baik dan sangat prospektif untuk dikembangkan secara massal. Pengalaman selama sembilan tahun ini sudah bisa menjadi pijakan mengambil keputusan.

Kalau menurut saya, manajemen sudah bisa mengambil kebijakan strategis untuk tebu di Tulungbuyut ini,” kata manajer familiar ini.

Meskipun demikian, Aripin Lubis tetap meminta kajian ilmiah yang lebih komprehensif dari para pihak yang punya kompetensi kuat untuk pengambilan kebijakan.

Sebab, kata dia, jika kebijakan mengarah kepada konversi lahan dari karet ke tebu, harus didukung dengan struktur dan infrastruktur yang harus berubah.

“Kalau kebijakan nantinya adalah konversi dari karet ke tebu, tentu ini sangat fundamental. Sebab, kita tahu budi daya tebu ini biayanya sangat besar, kultur teknis yang berbeda jauh dengan tanaman tahunan, dan perawatan intensif. Tetapi, pola perhitungan Rugi Labanya juga sangat cepat dan prospek keuntungannya juga sangat besar. Jadi, ada plus minus yang memang harus dikaji dengan cermat,” kata Aripin Lubis.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan