Meskipun beberapa guru sukarelawan telah berusaha memberikan pendidikan dasar kepada anak-anak di kampung, fasilitas dan kurikulum yang terbatas telah menghambat perkembangan pendidikan mereka.
Permintaan warga juga mencakup upaya untuk meningkatkan infrastruktur dasar seperti jalan, jembatan, dan sarana air bersih.
Dengan infrastruktur yang lebih baik, warga akan lebih mudah berkomunikasi dengan kampung lainnya dan memperoleh akses ke pasar dan sumber daya lainnya.
Dalam merespons permintaan dari warga Kampung Digi, pemerintah provinsi dan pemerintah pusat telah melakukan kajian mendalam untuk memahami dampak dan implikasi dari memasukkan kampung ini ke dalam Provinsi Papua.
Beberapa aspek yang dipertimbangkan termasuk alokasi anggaran, program pembangunan, dan perlindungan atas hak-hak masyarakat adat yang tinggal di kampung.
Keputusan akhir tentang masuknya Kampung Digi ke dalam Provinsi Papua masih harus menunggu hasil kajian yang komprehensif.
Namun, harapan warga Kampung Digi untuk hidup lebih baik dan mendapatkan akses yang lebih baik terhadap layanan dasar semakin menguat dengan dukungan dari berbagai pihak yang peduli terhadap permasalahan sosial dan kesejahteraan masyarakat di wilayah terpencil.
Fakta Unik Kampung Digi
1. 71 Tahun tak Punya Negara
Letaknya yang terpencil membuat desa ini sempat tidak punya negara selama 71 tahun lamanya sebelum ditemukan pada akhir 2016.
Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan (Satgas Pamtas) RI – Papua Nugini menjadi yang pertama dari era modern yang menjamah Kampung Digi. Saat ditemukan, kondisinya sangat memprihatinkan.
2. Tidak Bisa Berbahasa Indonesia
Saat kali pertama ditemukan, warganya tidak bisa berbahasa Indonesia.
Warga Kampung Digi menggunakan Bahasa Dumnye sebagai cara mereka berkomunikasi sehari-hari.
3. Berpenduduk 30 Orang
Hasil pendataan anggota TNI yang menemukan kampung tersebut pada tahun 2016, terdata dihuni oleh 30 orang.