Awalnya ada 100 orang, namun sebagian besar telah pergi untuk mengadu nasib ke Papua Nugini.
4. Berburu Hewan untuk Bertahan Hidup
Selama 71 tahun, Kampung Digi bertahan hidup dengan cara tradisional.
Warganya bercocok tanam, berburu hingga mengumpulkan makanan demi bertahan hidup. Lebih memprihatikan adalah ketiadaan layanan kesehatan bagi warga di sana.
5. Infrastruktur Memrihatinkan
Kampung Digi memiliki infrastruktur tempat tinggal yang tidak layak. Warganya tinggal di rumah yang terbuat dari kayu dan atap daun sagu. Penerangan pun hanya sebatas dari api obor dan sangat sunyi jika malam tiba.
6. Tak Mendapat Perhatian
Meski sudah ditemukan, Kampung Digi ternyata belum mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah daerah dan pusat.
Statusnya yang berada di wilayah yang tidak terdaftar menyulitkan warga Kampung Digi untuk memilih apakah mau masuk Papua Nugini atau Indonesia.
Untuk diketahui, Kampung Digi merupakan sebuah kampung terpencil yang terletak di Kabupaten Pegunungan Bintang Provinsi Papua.
Kampung yang masih sangat terisolir ini menjadi pusat perhatian karena kehidupan tradisionalnya yang kental dengan nilai-nilai kebersamaan.
Meskipun jaraknya sekitar 50 kilometer dari Distrik Iwur, dan aksesibilitas yang sulit, enam kepala keluarga (KK) atau sekitar 30 jiwa telah setia mendiami kampung ini selama lebih dari tiga dekade.
Kehidupan di Kampung Digi masih sangat sederhana dan mengandalkan tradisi turun-temurun.
Jarak antar rumah yang berjauhan, rata-rata 10 hingga 20 meter, mencerminkan betapa tenangnya dan terpencilnya kampung ini dari hiruk-pikuk perkotaan.
Beberapa warga mendiami rumah panggung dengan dinding dari kayu, sementara yang lain tinggal di gubuk sederhana yang mereka bangun dari bahan-bahan alam sekitar.
Sagu dan ubi menjadi makanan pokok bagi warga Kampung Digi. Mereka mengandalkan hasil bumi dan keahlian dalam mengolah sagu menjadi makanan lezat dan bernutrisi.