Imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun turun menjadi 4,343 persen dari posisi sebelumnya sebesar 4,406 persen.
Penurunan yield ini cenderung meningkatkan daya tarik aset berdenominasi rupiah karena memberikan hasil yang relatif lebih tinggi bagi investor asing.
Para pelaku pasar juga menantikan data tenaga kerja AS yang akan dirilis pada pekan ini.
BACA JUGA: Nilai Tukar Rupiah Melemah, Senin 27 Mei 2024 : Tergelincir 31 Poin ke Rp16.026 per Dolar AS
BACA JUGA:Nilai Tukar Rupiah Menguat 20 Poin per Rabu 22 Mei 2024 : Rp15.979 per Dolar AS !
Data tenaga kerja tersebut berpotensi mempengaruhi pergerakan nilai tukar karena dapat memberikan indikasi mengenai kesehatan ekonomi AS dan kemungkinan langkah kebijakan moneter oleh Federal Reserve.
Pada awal perdagangan Rabu pagi, kurs rupiah dibuka melemah 45 poin atau 0,27 persen menjadi Rp16.265 per dolar AS dari posisi sebelumnya yang berada di Rp16.220 per dolar AS.
Pergerakan ini mencerminkan dinamika pasar yang responsif terhadap berita dan data ekonomi terbaru baik dari dalam negeri maupun luar negeri.
Analisis Lebih Lanjut: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pergerakan Nilai Tukar Rupiah
1. Inflasi Domestik
Inflasi merupakan salah satu indikator ekonomi utama yang mempengaruhi nilai tukar mata uang.
Inflasi yang rendah di dalam negeri menunjukkan stabilitas harga dan daya beli masyarakat yang baik.
Ketika inflasi domestik rendah, Bank Indonesia tidak perlu menaikkan suku bunga secara agresif untuk mengendalikan inflasi, sehingga memberikan kondisi moneter yang kondusif bagi perekonomian.
Berdasarkan data BPS, deflasi sebesar 0,03 persen mtm pada Mei 2024 menandakan adanya penurunan harga barang dan jasa secara umum.
Penurunan ini mungkin dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti penurunan harga komoditas tertentu, kebijakan pemerintah dalam mengendalikan harga, atau kondisi permintaan yang menurun.
Secara tahunan, inflasi yang menurun menjadi 2,84 persen yoy dari 3 persen yoy pada bulan sebelumnya menunjukkan tren inflasi yang terkendali dengan baik.