Misalnya, sushi biasanya dimakan dengan tangan atau sumpit, dan dicelupkan ke dalam kecap asin.
Namun, penting untuk tidak mencelupkan nasi langsung ke kecap asin karena akan membuat nasi hancur dan rasanya terlalu asin.
Sebaliknya, bagian ikan atau nori yang dicelupkan.
Selain itu, wasabi biasanya sudah diberikan oleh koki dalam jumlah yang tepat, jadi menambahkan terlalu banyak wasabi bisa dianggap tidak sopan.
Jahe acar (gari) disajikan sebagai pembersih mulut antara satu jenis sushi dengan yang lain, agar rasa yang berbeda bisa dinikmati secara maksimal.
Sushi telah melampaui batasan geografis dan menjadi bagian dari kuliner internasional.
Di banyak negara, sushi dapat ditemukan di berbagai restoran, dari yang eksklusif hingga yang terjangkau.
Sushi juga telah beradaptasi dengan selera lokal, menciptakan variasi yang unik seperti California roll di Amerika Serikat dan sushi fusion di berbagai tempat.
Keberadaan restoran sushi yang otentik di luar Jepang membantu memperkenalkan elemen budaya Jepang yang autentik kepada masyarakat global.
Di sisi lain, sushi yang diadaptasi secara lokal menunjukkan bagaimana makanan dapat menjadi jembatan budaya yang dinamis.
Selain rasanya yang lezat, sushi juga dikenal memiliki berbagai manfaat kesehatan. Bahan-bahan utama seperti ikan segar kaya akan protein, asam lemak omega-3, dan vitamin.
Nasi cuka mengandung sedikit gula dan garam, sementara nori kaya akan mineral dan vitamin.
Namun, penting juga untuk memperhatikan kualitas dan kesegaran bahan yang digunakan, serta cara penyajian yang higienis untuk menghindari risiko kesehatan.
Sushi adalah simbol dari kuliner Jepang yang tidak hanya menggugah selera, tetapi juga menggambarkan keindahan budaya dan tradisi Jepang.
Dengan berbagai jenis dan cara penyajian, sushi menawarkan pengalaman makan yang unik dan mendalam.
Sebagai makanan yang telah menembus batasan geografis dan budaya, sushi terus berkembang dan beradaptasi, menjadi bukti bahwa kuliner bisa menjadi jembatan yang menghubungkan berbagai budaya di dunia.*