Orang-orang dari satu sukunya dan keluarganya berusaha dengan keras untuk mengeluarkan Thalhah dari Islam.
Mula-mulanya mereka menggunakan cara halus, yaitu dengan merayu Thalhah agar tidak meneruskan keputusannya itu.
Tetapi karena pendirian begitu kokoh dari Thalhah, mereka pun akhirnya bertindak kasar pada pemuda itu.
Tubuh Thalhah pun mendapatkan siksaan demi siksaan yang mendera.
Tubuhnya digiring sekelompok pemuda dengan tangan yang terbelenggu di leher. Sementara orang-orang mendorong, memecut, hingga memukuli kepalanya.
Mirisnya juga terdapat wanita yang terus menerus berteriak serta mencaci maki Thalhah yang tidak lain adalah ibunya sendiri, yaitu Ash-Sha’bah.
Kisah Thalhah bin Ubaidillah sudah begitu berat bahkan saat pertama kali memeluk Islam.
Tidak berhenti di situ, pernah juga seorang lelaki Quraisy yang bernama Naufal bin Khuwailid menyeret Thalhah dan Abu Bakar.
Dia kemudian mengikat mendorong keduanya yang telah diikat menjadi satu ke algojo hingga tubuh mereka berdua mengalirkan darah.
Peristiwa ini menjadikan Thalhah dan Abu Bakar mendapat gelar Al-Qarinain (Sepasang sahabat yang mulia).
Sementara itu, perjuangan Thalhah dalam mempertahankan keimanan dan memperjuangkan Islam masih berlanjut lagi hingga dia juga bergelar Asy-Syahidul Hayy.
Kisah Thalhah yang begitu ikonik terjadi saat perang Uhud.
Perang Uhud sendiri merupakan perang lanjutan setelah sebelumnya kaum Quraisy kalah pada perang Badar.
Hingga karena itu, mereka dikobarkan dengan amarah akibat dendam kekalahan sebelumnya.
Meski begitu, sebenarnya pasukan Muslim akan mendapatkan kemenangan andai pasukan pemanah di atas bukit mendengarkan perintah Rasul untuk tetap berjaga.
Posisi menjadi berbalik saat mereka menuruni bukit untuk mengambil harta rampasan perang.