Karena terdesak, Thalhah bin Ubaidillah dari Muhajirin, serta 11 orang Anshar melindungi Rasulullah dengan mengantar beliau menuju atas bukit.
Sayangnya, tentu karena posisi berbanding terbalik dan kaum muslim saat itu terdesak, sepanjang perjalanan terdapat banyak halangan dari musuh.
Satu per satu kaum Anshar jatuh bertumbangan sementara Thalhah bertahan untuk mendampingi Rasul menuju bukit.
Dia memeluk Rasulullah dengan tangan kiri serta dadanya, kemudian mengayunkan pedang di tangan kanan ke segala arah untuk menghalau panah yang datang.
Dia juga dengan berani mengayunkan pedang ke musuh yang mengerubungi tanpa mempedulikan tubuhnya yang terluka akibat sabetan pedang dan panah.
Total terdapat sekitar 70 anak panah yang menancap pada tubuh Thalhah dengan jari tangan yang putus.
Karena inilah, dia mendapat gelar Asy-Syahidu Hayyu atau seorang syahid yang hidup akibat banyak yang mengira bahwa Thalhah telah syahid, namun ternyata masih hidup.
Kisah Thalhah bin Ubaidillah pun berakhir dengan wafatnya pada saat perang Jamal. Saat pertempuran terjadi, Ali bin Abi Thalib memperingatkan agar Thalhah mundur.
Perang ini sendiri terjadi akibat perseteruan antara pengangkatan Ali bin Abi Thalib serta pembunuhan Utsman. Sementara itu, Thalhah bin Ubaidillah berada di pihak berlawanan dengan Ali.
Thalhah pun keluar dari pasukan saat teringat bahwa perkataan Rasul bahwa orang yang memerangi Ali adalah orang yang zalim.
Hingga kemudian sebuah anak panah mengenai betis Thalhah.
Karena menancap dengan luka terlalu dalam, beliau pun akhirnya wafat di usianya ke 60 tahun.
Tubuh Thalhah bin Ubaidillah dikuburkan di sebuah tempat dekat padang rumput Basra.
Rasulullah sendiri suatu ketika berkata pada para sahabat mengenai Thalhah bin Ubaidillah, “Orang ini adalah yang termasuk gugur. Dan barangsiapa yang senang dengan melihat seorang syahid berjalan di atas bumi, maka lihatlah Thalhah.”
Maksud dari sabda Rasul ini merujuk pada masa Thalhah yang mengerahkan segenap hidupnya demi menjadi perisai Rasul saat perang Uhud.
Rasulullah sendiri saat itu juga terluka amat parah dengan gigi taring yang patah serta bibir dan kening yang sobek.