Selama bertahun-tahun, warga sering dihadapkan pada masalah penumpukan sampah yang lambat terangkut.
Kondisi ini semakin parah ketika jalur pengangkutan tidak lancar, ditambah kurangnya armada sampah dari dinas terkait. Alhasil, sampah menumpuk di pinggir jalan dan selokan, menimbulkan bau tidak sedap serta mencemari lingkungan.
Dari kondisi inilah, pihak kelurahan bersama tokoh masyarakat berinisiatif mencari solusi. Diskusi panjang dilakukan, hingga akhirnya tercetus ide membentuk Sersan Mabes.
“Nama program ini dipilih agar mudah diingat dan memiliki makna kedisiplinan layaknya “sersan” dalam dunia militer, yang identik dengan ketegasan serta keteraturan,” ungkapnya.
Salah satu kelebihan dari program ini adalah armada gerobak yang digunakan merupakan hasil donasi warga. Hingga kini, ada lima unit gerobak sampah yang dikelola oleh petugas di tiap RW.
Keberhasilan Sersan Mabes tidak lepas dari sistem pembiayaan yang solid. Program ini tidak mengandalkan bantuan penuh dari pemerintah, melainkan dari partisipasi warga secara langsung. Setiap rumah tangga dikenakan iuran Rp1.000 per hari atau Rp20.000 per bulan.
“Uang ini digunakan untuk membiayai operasional pengangkutan, perawatan armada gerobak, serta gaji petugas kebersihan. Model ini terbukti efektif. Meski nilainya kecil, namun karena kontribusi dilakukan secara kolektif, dana yang terkumpul cukup untuk menjalankan sistem dengan baik. Warga pun merasa tidak keberatan karena manfaat yang didapat sangat besar,” bebernya.
Sementara itu salah satu warga mengaku senang dengan adanya Sersan Mabes tersebut. Dengan adanya program ini, pihaknya tak susah lagi mencari tempat membuang sampah.
“Dengan iuran kecil, lingkungan jadi bersih, tidak bau, selokan lancar, anak-anak bisa main dengan nyaman. Jadi warga merasa hasilnya sepadan,” ujar salah satu warga Mangga Besar.