Tidak sedikit pelanggan yang sengaja datang hanya untuk mencicipi tunjang empuk berselimut kuah kuning pekat yang kaya rasa.
Seorang penikmat nasi Padang asal Jakarta, Dedi (42), mengatakan, “Setiap ke rumah makan Padang, saya selalu pesan gulai tunjang.
Rasa urat sapinya yang kenyal, berpadu dengan kuah santan yang pedas gurih, itu tiada duanya.”
Selain nikmat, Gulai Tunjang juga menyimpan kandungan gizi yang bermanfaat.
Tunjang, atau kaki sapi, mengandung kolagen yang tinggi dan protein hewani. Kolagen diketahui baik untuk kesehatan kulit, sendi, dan tulang.
Selain itu, karena dimasak dengan berbagai rempah alami, gulai ini juga mengandung antioksidan yang mendukung sistem imun tubuh.
Namun, konsumsi gulai tunjang tetap perlu diperhatikan dalam jumlah wajar, mengingat kandungan lemak jenuh dari santan dan bagian daging sapi yang digunakan cukup tinggi.
Bagi penderita kolesterol atau yang sedang menjalani diet khusus, disarankan untuk membatasi konsumsi atau memilih tunjang yang tidak terlalu berlemak.
Dalam tradisi Minang, gulai bukan sekadar makanan, melainkan bagian dari ritual sosial dan budaya.
Gulai tunjang kerap dihidangkan dalam acara adat, kenduri, hingga hari besar keagamaan.
Tunjang yang menggambarkan “penyangga” kaki juga melambangkan kekuatan dan keteguhan, menjadi simbol penting dalam filosofi masyarakat Minangkabau.
Dalam perjamuan adat, gulai tunjang sering diletakkan di bagian tengah meja sebagai lambang kekokohan keluarga besar.
Hal ini memperkuat makna bahwa kuliner Minang tidak hanya sekadar untuk mengenyangkan perut, tetapi juga mempererat silaturahmi dan nilai-nilai kebersamaan.
Bagi yang ingin mencoba memasak gulai tunjang sendiri di rumah, berikut adalah resep dasar yang bisa diikuti:
Bahan-bahan:
500 gram tunjang (kaki sapi), potong dan bersihkan