Di pasar tradisional, kue ini menjadi salah satu jajanan yang paling dicari, terutama pada pagi hari sebagai pendamping teh atau kopi.
Selain itu, apem sering dijual dalam paket berisi aneka kue tradisional, menjadikannya bagian penting dari budaya ngopi pagi ala masyarakat Indonesia.
Banyak pelaku UMKM kini menjual apem secara daring melalui media sosial dan e-commerce, menjangkau konsumen lebih luas tanpa kehilangan keaslian rasa.
Kue apem mengandung karbohidrat dari tepung beras, serta lemak dan protein dari santan.
Meski tidak termasuk makanan rendah kalori, kue apem tetap bisa dikonsumsi secara sehat dalam porsi yang wajar. Menggunakan gula kelapa atau santan rendah lemak bisa menjadi alternatif lebih sehat.
Di tengah gempuran makanan impor dan kuliner instan, kue apem tetap menjadi simbol keteguhan tradisi kuliner lokal.
Berbagai komunitas pecinta kuliner dan pemerhati budaya aktif menggelar festival kuliner tradisional dan lomba membuat apem untuk memperkenalkan kembali makanan ini ke generasi muda.
Pemerintah daerah pun turut mendukung pelestarian dengan mengadakan pelatihan UMKM, membantu promosi, hingga mengintegrasikan kue apem dalam paket wisata kuliner.
Kue apem bukan sekadar makanan ringan, melainkan bagian dari warisan budaya Indonesia yang kaya akan nilai-nilai spiritual dan sosial.
Dari tradisi Jawa hingga inovasi masa kini, apem tetap hadir mewarnai kehidupan masyarakat Indonesia.
Jika ingin mencicipi kelezatan yang sarat makna, kue apem adalah pilihan sempurna—lezat, merakyat, dan penuh sejarah.*