Jodoh 3 Bujang: Cinta, Tradisi, dan Komedi dalam Balutan Budaya Bugis-Makassar !

Sabtu 21 Jun 2025 - 19:41 WIB
Reporter : Dahlia
Editor : Maryati

KORANPALPOS.COM – Film komedi romantis terbaru bertajuk “Jodoh 3 Bujang” akan segera menghiasi layar bioskop Tanah Air mulai 26 Juni 2025.

Dibalut dengan nuansa budaya lokal dan pesan sosial yang kuat, film ini bukan sekadar suguhan hiburan ringan, tetapi juga refleksi tentang bagaimana cinta, pernikahan, dan keluarga berjalan di tengah arus modernitas dan tradisi yang tak lekang oleh waktu.

Disutradarai oleh Arfan Sabran, sineas yang dikenal lewat dokumenter pemenang Piala Citra “Ininnawa: An Island Calling”, film ini menjadi debutnya di ranah film cerita panjang.

Tak main-main, Sabran menyajikan narasi jenaka tapi penuh makna, dengan sentuhan kritik sosial yang halus terhadap budaya mahar alias uang panai dalam pernikahan adat Bugis-Makassar.

 BACA JUGA:Mahasiswi di Pusaran Korupsi

BACA JUGA:Rute Palembang–Kuala Lumpur Kembali Dibuka, Gubernur Herman Deru: Ini Simbol Kebangkitan Ekonomi Sumsel !

Salah satu pemeran utama perempuan, Maizura, artis dan penyanyi asal Makassar, memaparkan bahwa film ini menyampaikan pesan penting: cinta yang tulus tak seharusnya diukur dengan angka.

“Cinta yang tulus, buat aku pribadi, mungkin sesuatu yang tidak dinilai dengan angka, ya,” ujar Maizura dalam gala premier yang digelar di kawasan Setiabudi, Jakarta Selatan, Kamis (19/6).

Pernyataannya merujuk pada pengalaman karakternya dalam film, Nisa, yang terjebak di antara pilihan cinta sejati dan desakan keluarga yang lebih mengedepankan status serta kemampuan finansial.

Sang tokoh diceritakan dijodohkan dengan pria kaya oleh orang tuanya, padahal ia sudah memiliki hubungan dengan Fadly (diperankan Jourdy Pranata), salah satu dari tiga bersaudara yang ingin menikah bersamaan.

BACA JUGA:Gubernur Sumsel Hadiahkan Revitalisasi BKB

BACA JUGA:Presiden Putuskan Sengketa 4 Pulau Aceh-Sumut

“Jodoh 3 Bujang” tidak serta-merta mengkritik tradisi uang panai, tetapi menghadirkan pemahaman yang lebih mendalam mengenai esensi dari praktik tersebut.

Dalam budaya Bugis-Makassar, uang panai adalah simbol penghargaan terhadap keluarga calon pengantin wanita.

Namun dalam beberapa kasus, tradisi ini juga bisa menjadi penghalang jika dimaknai hanya dari aspek nominal.

Kategori :