Sambal ini paling cocok disandingkan dengan ikan bakar, terutama ikan cakalang, ikan roa, atau ikan baronang.
Namun, tidak sedikit pula yang menikmatinya dengan ayam goreng, tahu tempe, hingga nasi putih hangat saja sudah cukup memanjakan lidah.
Kepopuleran sambal dabu-dabu tidak hanya terbatas di tanah air.
Seiring meningkatnya minat dunia internasional terhadap masakan Indonesia, sambal ini mulai dikenal luas di luar negeri.
Beberapa restoran Indonesia di Eropa dan Amerika bahkan memasukkan sambal dabu-dabu sebagai salah satu menu unggulan mereka.
Food blogger dan vlogger dari luar negeri yang mencicipi sambal dabu-dabu sering kali terkesan dengan kesegaran dan kompleksitas rasa yang ditawarkan.
Tak sedikit pula yang mencoba membuatnya sendiri di rumah karena bahan-bahannya mudah ditemukan dan prosesnya tidak rumit.
Melihat potensi besar sambal dabu-dabu dalam dunia kuliner, beberapa pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) mulai mengemas sambal ini dalam bentuk botolan.
Meski tidak lagi mentah, versi kemasan sambal dabu-dabu tetap mempertahankan rasa khasnya dengan teknik pengolahan modern.
Sambal ini bisa menjadi produk unggulan daerah, baik untuk pasar domestik maupun ekspor.
Dukungan pemerintah daerah dan pelatihan UMKM sangat diperlukan untuk menjaga kualitas dan memperluas distribusi produk ke pasar nasional maupun internasional.
Sambal dabu-dabu bukan sekadar pelengkap makanan. Ia adalah bagian dari kekayaan budaya kuliner Nusantara yang patut dijaga dan dilestarikan.
Di tengah gempuran makanan cepat saji dan tren kuliner luar, sambal seperti ini menjadi pengingat bahwa masakan Indonesia memiliki cita rasa yang luar biasa dan mendunia.
Dengan memperkenalkan sambal dabu-dabu ke generasi muda dan mempromosikannya ke dunia internasional, kita turut menjaga identitas dan keberagaman kuliner Indonesia.
Sebab, dari rasa yang pedas dan segar, tersimpan sejarah, budaya, dan kearifan lokal masyarakat Sulawesi Utara.*