• Gotong royong membersihkan lingkungan bersama warga setempat.
• Meletakkan pakaian bekas pakai dalam wadah tertutup agar tidak menjadi tempat bersarang nyamuk.
• Memberikan larvasida pada tempat penampungan air yang sulit untuk dikuras secara rutin.
• Memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar untuk menghindari genangan air.
• Menanam tanaman pengusir nyamuk, seperti serai wangi, lavender, atau zodia.
Wabah DBD biasanya mencapai puncaknya pada pertengahan musim hujan, ketika curah hujan tinggi menciptakan banyak tempat perkembangbiakan nyamuk.
Tidak jarang, pemerintah daerah harus menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB) akibat lonjakan kasus DBD.
“DBD seringkali menjadi momok tahunan, terutama di wilayah-wilayah yang memiliki curah hujan tinggi seperti Banyuasin. Oleh karena itu, penting bagi semua pihak, baik pemerintah maupun masyarakat, untuk bekerja sama dalam mencegah penyebaran penyakit ini,” tambah Muhammad Farid.
Masyarakat memiliki peran penting dalam pencegahan DBD. Langkah-langkah sederhana seperti mengawasi lingkungan sekitar, membersihkan genangan air, dan melibatkan diri dalam kegiatan gotong royong dapat memberikan dampak besar.
Pemerintah daerah juga mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam upaya pemberantasan sarang nyamuk melalui edukasi dan sosialisasi yang berkelanjutan.
Untuk memastikan masyarakat memahami bahaya DBD dan cara mencegahnya, pemerintah Kabupaten Banyuasin melalui Dinas Kesehatan aktif melakukan edukasi dan sosialisasi.
Penyuluhan dilakukan di berbagai wilayah, termasuk daerah rawan, seperti Desa Pulau Harapan.
Selain itu, posyandu dan kader kesehatan setempat juga diberdayakan untuk memberikan informasi kepada warga.
Selain pencegahan, penanganan cepat terhadap kasus DBD juga sangat penting.
Masyarakat yang mengalami gejala seperti demam tinggi mendadak, nyeri otot, bintik merah pada kulit, atau muntah-muntah, disarankan segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan terdekat.
Deteksi dini dapat membantu mencegah komplikasi yang lebih serius.