PMI memiliki peran strategis dalam memberikan bantuan darurat, mendukung pelayanan kesehatan, dan mendistribusikan darah ke rumah sakit di seluruh Indonesia. Konflik internal yang berkepanjangan dapat merusak reputasi organisasi ini di mata publik.
"Jika konflik ini tidak segera diselesaikan, maka yang dirugikan bukan hanya PMI, tetapi juga masyarakat yang bergantung pada layanan organisasi ini," ujar seorang aktivis kemanusiaan.
Para tokoh senior Partai Golkar diharapkan dapat mengambil peran dalam menyelesaikan konflik ini. Jusuf Kalla dan Agung Laksono adalah figur yang memiliki pengaruh besar dalam partai dan organisasi PMI.
BACA JUGA:Calon Kepala Daerah Dapat Ajukan Gugatan Hasil Pilkada ke MK : Ini Syarat dan Prosedur Gugatan !
Rekonsiliasi antara kedua tokoh ini dianggap sebagai solusi terbaik untuk mengakhiri dualisme yang sedang terjadi.
"Kedua pihak harus mengutamakan kepentingan organisasi dan masyarakat di atas kepentingan pribadi atau kelompok," kata seorang tokoh masyarakat. Ia menambahkan bahwa dialog dan mediasi yang melibatkan pihak-pihak netral dapat menjadi jalan keluar dari polemik ini.
Sebagai organisasi yang telah berdiri lebih dari tujuh dekade, PMI memiliki sejarah panjang dalam melayani masyarakat Indonesia.
Konflik internal seperti ini diharapkan tidak mengganggu dedikasi organisasi dalam menjalankan tugas-tugas kemanusiaannya.
BACA JUGA:DPR Sebut Kejenuhan dan Tingginya Biaya Pilkada Pengaruhi Partisipasi
BACA JUGA:Polres OKU Tingkatkan Patroli Pasca Pilkada Serentak 2024
"PMI adalah milik kita semua. Semua pihak harus bekerja sama untuk menjaga keberlanjutan organisasi ini," ujar seorang relawan PMI di Jakarta. Ia berharap polemik ini dapat segera berakhir sehingga PMI dapat kembali fokus pada misinya.
Dengan berbagai dinamika yang terjadi, publik menantikan langkah-langkah konkret dari kedua belah pihak untuk menyelesaikan konflik ini.
Semangat kemanusiaan yang menjadi dasar berdirinya PMI diharapkan tetap menjadi pijakan utama dalam menyelesaikan polemik ini. (ant)