Hal ini kemudian melahirkan istilah pengemis untuk menyebut mereka yang melakukan kegiatan ini secara rutin.
Prof. Gorris Keeraf dalam bukunya Khasanah Bahasa dalam Kata per Kata menjelaskan bahwa keberadaan pengemis yang kita kenal saat ini tidak terlepas dari tradisi masa lalu.
Istilah pengemis mencerminkan praktik yang pada dasarnya berasal dari ritual sosial kerajaan, namun mengalami adaptasi sesuai perubahan zaman.
Fenomena pengemis di masyarakat modern memiliki dimensi sosial dan budaya yang menarik untuk dikaji.
Bagi sebagian masyarakat, mengemis masih dianggap sebagai cara bertahan hidup, terutama di tengah kesenjangan ekonomi.
Namun, ada pula pandangan yang mengkritik keberadaan pengemis sebagai bentuk ketergantungan yang perlu diatasi melalui pemberdayaan ekonomi.
Di sisi lain, tradisi memberi sedekah kepada pengemis tetap hidup, terutama pada hari-hari tertentu seperti Kamis atau Jumat.
Hal ini menunjukkan bahwa nilai-nilai kedermawanan yang menjadi akar tradisi ngemis masih kuat tertanam dalam budaya masyarakat Indonesia.
Dalam konteks modern, pengemisan sering kali dihadapkan pada tantangan baru.
Urbanisasi, kemiskinan, dan ketimpangan sosial memperburuk masalah ini di banyak kota besar.
Meskipun pemerintah telah berupaya untuk mengatasi masalah ini melalui program pemberdayaan ekonomi dan pengentasan kemiskinan, keberadaan pengemis tetap menjadi pemandangan umum di berbagai tempat.
Fenomena ini memicu perdebatan tentang pendekatan terbaik dalam menangani pengemis.
Sebagian pihak berpendapat bahwa memberikan sedekah secara langsung justru memperkuat budaya mengemis.
Sebaliknya, pendekatan yang lebih berkelanjutan seperti memberikan pelatihan keterampilan dan peluang kerja dianggap sebagai solusi yang lebih efektif.
Meski telah mengalami berbagai perubahan, tradisi “ngemis” tetap menjadi bagian tak terpisahkan dari sejarah dan budaya masyarakat Indonesia.
Dari ritual kerajaan yang sarat makna hingga fenomena sosial yang kompleks, evolusi kata ngemis mencerminkan dinamika hubungan manusia, budaya, dan bahasa.