KULINER,KORANPALPOS.COM - Nugget ayam telah menjadi salah satu makanan cepat saji yang digemari oleh berbagai kalangan, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa.
Kehadirannya yang praktis dan mudah diolah membuat nugget ayam menjadi pilihan favorit untuk sarapan, bekal sekolah, atau bahkan camilan di rumah.
Namun, di balik popularitasnya, nugget ayam juga menghadapi berbagai tantangan, terutama terkait kandungan nutrisi dan cara pembuatannya.
Nugget ayam pertama kali diperkenalkan pada tahun 1950-an oleh seorang ilmuwan makanan bernama Robert C. Baker.
BACA JUGA:Oleh-Oleh Khas Surabaya: Keunikan Cita Rasa dan Budaya yang Tak Terlupakan
BACA JUGA:Lemet Singkong : Tradisi Kuliner Nusantara yang Kembali Digemari
Baker menciptakan nugget ayam sebagai inovasi makanan yang mudah disimpan dan diolah tanpa kehilangan tekstur maupun rasa.
Awalnya, nugget ayam dirancang untuk memenuhi kebutuhan makanan cepat saji di Amerika Serikat, tetapi dalam perkembangannya, makanan ini menyebar ke seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Di Indonesia, nugget ayam mulai dikenal pada akhir tahun 1990-an.
Kehadirannya langsung menarik perhatian karena cocok dengan gaya hidup masyarakat modern yang cenderung praktis.
BACA JUGA:Cilok Kuah, Jajanan Sederhana yang Menggugah Selera
BACA JUGA:Ketan Mangga : Sensasi Manis dan Gurih yang Memikat di Indonesia
Saat ini, nugget ayam tidak hanya tersedia dalam versi konvensional, tetapi juga hadir dengan berbagai inovasi rasa dan bentuk.
Nugget ayam umumnya dibuat dari daging ayam giling yang dicampur dengan tepung, bumbu, dan bahan pengikat seperti telur.
Campuran ini kemudian dibentuk sesuai keinginan, dilapisi tepung roti, dan digoreng atau dibekukan untuk pengemasan.