Asal Usul dan Jejak Sejarah Tanjung Sakti : Warisan Keberagaman Budaya di Sumatera Selatan !

Selasa 19 Nov 2024 - 13:06 WIB
Reporter : Maryati
Editor : Robiansyah

Wilayah ini dikenal sebagai salah satu daerah penghasil kopi, lada, dan emas yang penting bagi perekonomian kerajaan.

Produk-produk tersebut tidak hanya menjadi sumber daya lokal, tetapi juga komoditas yang menarik perhatian pedagang dari berbagai wilayah, termasuk Eropa.

Pada tahun 1821, Tanjung Sakti menjadi saksi salah satu pertempuran besar dalam sejarah Sumatera Selatan, yaitu Perang Padri.

BACA JUGA:Asal Usul dan Sejarah Talang Buluh di Banyuasin : Dari Tanah Kosong dan Kisah Keluarga Masidin !

BACA JUGA:Asal Usul dan Legenda Pangkalan Lampam OKI : Desa dengan Kisah Ikan Lampam dan Tradisi Bugis yang Melekat !

Konflik ini dipicu oleh keinginan Belanda untuk menguasai perdagangan kopi dan lada di Sumatera.

Tanjung Sakti menjadi basis pertahanan pasukan Palembang yang dipimpin oleh Pangeran Natakusuma. Meskipun pasukan Palembang menunjukkan perlawanan gigih, pertempuran ini berakhir tragis dengan gugurnya Pangeran Natakusuma.

Tanjung Sakti juga memiliki sejarah penting dalam perkembangan agama Katolik di Sumatera Selatan.

Pada tahun 1932, misionaris Belanda menjadikan wilayah ini sebagai pusat penyebaran agama Katolik.

Dua gereja tertua di Sumatera Selatan dibangun di Tanjung Sakti, yaitu Gereja St. Michael di Desa Pajar Bulan dan Gereja St. Joseph di Desa Pagar Jati.

Hingga kini, gereja-gereja tersebut masih berdiri kokoh dan menjadi saksi sejarah serta tempat ibadah umat Katolik.

Masa pendudukan Jepang di Indonesia meninggalkan kenangan kelam bagi masyarakat Tanjung Sakti.

Pada tahun 1942, daerah ini menjadi korban pembantaian oleh tentara Jepang yang menuduh penduduknya sebagai antek Belanda.

Tragedi ini meninggalkan luka mendalam dan menjadi bagian dari sejarah perjuangan masyarakat Tanjung Sakti.

Hingga kini, Tanjung Sakti memiliki beberapa monumen dan tugu peringatan yang didirikan untuk mengenang peristiwa-peristiwa bersejarah, termasuk korban pembantaian tentara Jepang dan Gerakan 30 September.

Monumen-monumen ini menjadi pengingat akan perjuangan dan pengorbanan masyarakat Tanjung Sakti dalam menghadapi berbagai tantangan sejarah.

Kategori :