Sentimen risk-on adalah situasi ketika investor merasa lebih percaya diri untuk berinvestasi di aset-aset berisiko seperti saham dan mata uang negara berkembang, termasuk rupiah.
Selama pekan lalu, rupiah menunjukkan pergerakan yang cukup dinamis.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakan tersebut antara lain adalah hasil Pemilihan Umum (Pemilu) di AS serta pengumuman dari FOMC.
BACA JUGA:Update ! Kurs Rupiah 18 Oktober 2024 : Melemah Tipis 6 Poin Menjadi Rp15.513 per Dolar AS
Meskipun rupiah sempat mengalami volatilitas, pada akhir pekan, mata uang ini tetap mencatat penguatan sebesar 0,32 persen secara week-to-week (wtw).
Kondisi pasar domestik yang dipengaruhi penguatan rupiah juga tercermin pada pergerakan imbal hasil (yield) Surat Berharga Negara (SBN).
Secara keseluruhan, yield SBN mengalami penurunan sebesar 4 hingga 14 basis poin (bps) pada berbagai tenor.
Penurunan yield ini menjadi salah satu indikasi bahwa permintaan terhadap SBN meningkat, yang menunjukkan kepercayaan pasar terhadap aset-aset berbasis rupiah.
Josua juga mengungkapkan bahwa volume perdagangan SBN sedikit menurun pekan lalu, dengan rata-rata harian mencapai Rp18,73 triliun, lebih rendah dibandingkan dengan pekan sebelumnya yang mencapai Rp21,84 triliun.
Penurunan ini mencerminkan adanya aksi ambil untung dari investor asing setelah penguatan rupiah terjadi.
Selain itu, data menunjukkan bahwa kepemilikan asing pada SBN turun sebesar Rp0,54 triliun, menjadi Rp881 triliun atau sekitar 14,78 persen dari total SBN yang beredar pada tanggal 7 November 2024.
Meskipun ada penurunan, posisi asing di SBN tetap menunjukkan ketertarikan pada obligasi Indonesia, yang masih menawarkan imbal hasil yang cukup kompetitif di pasar global.
Dengan pengaruh kebijakan The Fed yang cenderung melonggar dan kondisi perekonomian global yang tidak menentu, rupiah diprediksi akan terus menunjukkan stabilitas yang didukung oleh faktor-faktor eksternal maupun domestik.
Josua memperkirakan nilai tukar rupiah akan berada di kisaran Rp15.650 hingga Rp15.750 per dolar AS dalam perdagangan hari ini, meskipun terdapat kemungkinan fluktuasi ringan akibat respons pasar terhadap kebijakan The Fed.
Bank Indonesia (BI) juga diperkirakan akan tetap mengambil sikap berhati-hati dalam menyesuaikan suku bunga acuannya, sejalan dengan kebijakan moneter AS yang lebih longgar.