Dengan cara pengawetan sederhana seperti pengasapan (disalai), ikan hasil tangkapan sungai ini mampu bertahan lama dan menjadi komoditas perdagangan di sekitar daerah tersebut.
Kemakmuran yang dicapai oleh Dusun Lembak Lapan rupanya menarik perhatian suku Pasemah.
Mereka mendengar dari mulut ke mulut tentang tanah subur di daerah ini dan mulai datang untuk memeriksa kebenaran kabar tersebut.
BACA JUGA:Asal Usul dan Sejarah Muara Belida di Muaraenim : Kecamatan Bersejarah dengan 3 Sungai Besar !
Melihat langsung kemakmuran yang ada, suku Pasemah tergoda untuk menguasai daerah ini.
Namun, penduduk Dusun Lembak Lapan tidak tinggal diam.
Mereka menolak dengan tegas niat suku Pasemah untuk menguasai daerah tersebut, yang akhirnya memicu perseteruan sengit antara kedua kelompok.
Pertempuran pun pecah.
Bentrokan demi bentrokan terjadi antara penduduk lokal dan suku Pasemah, tidak hanya di darat tetapi juga di aliran Sungai Serut.
Ketegangan meningkat, dan banyak korban berjatuhan dari kedua belah pihak.
Pada titik tertentu, pertempuran ini melibatkan kaum perempuan yang ikut memberi semangat kepada para lelaki agar tetap bertahan.
Akhirnya, semangat yang dikobarkan oleh para perempuan berhasil membawa kemenangan bagi penduduk Dusun Lembak Lapan.
Atas jasa mereka, nama dusun ini kemudian diubah menjadi Lakitan, yang merupakan perpaduan dari kata Laki Tahan.
Kemenangan ini tidak hanya memberi identitas baru bagi desa tersebut tetapi juga menyematkan reputasi keberanian bagi kaum perempuan Lakitan yang selalu dikenal tangguh dan berani.
Seiring berjalannya waktu, daerah di sekitar Dusun Lakitan mulai berkembang. Dusun-dusun baru didirikan di sepanjang aliran Sungai Serut.