Update ! Kurs Rupiah 25 Oktober 2024 : Melemah 31 Poin Menjadi Rp15.584 per Dolar AS

Jumat 25 Oct 2024 - 14:33 WIB
Reporter : Echi
Editor : Zen Kito

Data ini mendukung pandangan bahwa ekonomi AS masih berada dalam kondisi stabil dan berpotensi bertumbuh lebih lanjut.

Menurut Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, "Data klaim pengangguran menunjukkan kondisi pasar tenaga kerja AS yang kuat, dengan angka klaim pengangguran awal turun dari 242 ribu menjadi 227 ribu."

Kondisi ini menjadi indikasi positif bagi ekonomi AS dan meningkatkan minat investor terhadap aset berdenominasi dolar AS, yang dianggap lebih aman di tengah ketidakpastian global.

BACA JUGA:Update ! Kurs Rupiah 18 Oktober 2024 : Melemah Tipis 6 Poin Menjadi Rp15.513 per Dolar AS

BACA JUGA:Update ! Kurs Rupiah 7 Oktober 2024 : Anjlok 155 Poin Menjadi Rp15.485 per Dolar AS

Akibatnya, dolar AS mengalami penguatan terhadap berbagai mata uang, termasuk rupiah, yang kemudian mengalami pelemahan dalam beberapa hari terakhir.

Selain data tenaga kerja, AS juga merilis data Purchasing Managers’ Index (PMI) untuk sektor manufaktur dan jasa. S&P Global US Manufacturing PMI untuk bulan Oktober tercatat naik menjadi 47,8, mengungguli ekspektasi pasar sebesar 47,5.

Sementara sektor jasa PMI naik menjadi 55,3 dari sebelumnya 55,2. Kenaikan ini menunjukkan adanya ekspansi dalam sektor-sektor tersebut yang menambah daya tarik dolar AS, mengingat peran sektor manufaktur dan jasa yang cukup besar dalam perekonomian negara tersebut.

BACA JUGA:Update ! Kurs Rupiah 4 Oktober 2024 : Melemah 97 Poin Menjadi Rp15.429 Terhadap Dolar AS

BACA JUGA:Update ! Kurs Rupiah 3 Oktober 2024 : Melemah 65 Poin Menjadi Rp15.333 per Dolar AS

Tidak hanya data tenaga kerja dan PMI, laporan Beige Book yang dirilis oleh The Federal Reserve AS juga turut memengaruhi sentimen pasar terhadap rupiah.

Beige Book adalah laporan yang menggambarkan kondisi ekonomi di berbagai distrik di AS dan menjadi panduan bagi kebijakan moneter Fed, termasuk dalam menentukan suku bunga acuan.

Dalam laporan terbaru, Beige Book mengisyaratkan bahwa ekonomi AS masih cukup kuat sehingga kecil kemungkinan adanya pemotongan suku bunga dalam waktu dekat.

"Sentimen dari Beige Book juga melampaui sentimen dari beberapa indikator ekonomi AS, yang tercatat lebih kuat dari yang diperkirakan," tambah Josua Pardede.

Hal ini mengakibatkan investor berspekulasi bahwa The Fed mungkin akan mempertahankan atau bahkan menaikkan suku bunga untuk menahan inflasi.

Kenaikan suku bunga biasanya membuat dolar AS semakin kuat, yang kemudian menekan mata uang negara-negara berkembang seperti rupiah.

Kategori :