Sang anak yang tidak menyadari perubahan ibunya mulai khawatir ketika sang ibu tidak pulang ke rumah.
Dia mencari ibunya ke seluruh desa dan akhirnya menemukan gunung yang belum pernah dia lihat sebelumnya.
Di kaki gunung, dia menemukan barang-barang milik ibunya, dan saat itulah dia menyadari bahwa gunung itu adalah ibunya yang telah berubah menjadi batu karena keras kepalanya.
Penyesalan mendalam menyelimuti sang anak. Dia menangis dan memohon maaf kepada ibunya, namun semuanya sudah terlambat.
Ibunya kini hanya bisa menjadi saksi bisu dalam bentuk gunung. Dengan penyesalan yang mendalam, sang anak akhirnya memilih untuk mengakhiri hidupnya di kaki gunung tersebut.
Kisah ini mengajarkan tentang pentingnya rasa hormat terhadap orang tua dan pengorbanan seorang ibu.
Sang ibu dalam cerita ini rela berkorban demi kebahagiaan anaknya, namun pengorbanannya tidak dihargai hingga akhirnya dia memilih jalan yang tragis.
Legenda ini mengandung pesan bahwa setiap anak harus menghargai dan menghormati orang tua sebelum semuanya terlambat.
Legenda Gunung Telunjuk masih diceritakan dari generasi ke generasi, dan gunung ini sering dikunjungi oleh wisatawan yang tertarik dengan kisah rakyat setempat.
Penduduk setempat menjadikan gunung ini sebagai simbol pengorbanan ibu dan peringatan bagi mereka yang lalai dalam menghargai kasih sayang orang tua.
Bukit Jempol dan Legenda Gunung Telunjuk merupakan perpaduan sempurna antara keindahan alam dan kearifan lokal yang ada di Sumatera Selatan.
Dengan segala potensi yang dimilikinya, Bukit Jempol berpeluang menjadi salah satu ikon wisata alam unggulan di Indonesia.
Warisan budaya, alam yang memukau, dan kisah legenda yang sarat makna menjadikan Bukit Jempol sebagai destinasi yang wajib dikunjungi bagi siapa saja yang ingin menikmati keindahan Sumatera Selatan.