Update ! Kurs Rupiah 23 Oktober 2024 : Melemah 38 Poin Menjadi Rp15.605 per Dolar AS

Rabu 23 Oct 2024 - 10:55 WIB
Reporter : Echi
Editor : Zen Kito

Akibatnya, arus modal cenderung mengalir keluar dari pasar negara berkembang menuju aset-aset berdenominasi dolar AS, yang mendorong pelemahan nilai tukar mata uang negara-negara tersebut, termasuk Indonesia.

2. Ketidakpastian Ekonomi Global Selain kebijakan moneter The Fed, ketidakpastian ekonomi global yang dipicu oleh sejumlah faktor geopolitik juga turut mempengaruhi nilai tukar rupiah.

Ketegangan di Timur Tengah, terutama konflik antara Israel dan Palestina yang kembali memanas, serta perang di Ukraina, meningkatkan kekhawatiran terhadap stabilitas global.

BACA JUGA:Update ! Kurs Rupiah 4 Oktober 2024 : Melemah 97 Poin Menjadi Rp15.429 Terhadap Dolar AS

BACA JUGA:Update ! Kurs Rupiah 3 Oktober 2024 : Melemah 65 Poin Menjadi Rp15.333 per Dolar AS

Hal ini mendorong investor untuk mencari aset-aset safe haven, seperti dolar AS, emas, dan obligasi negara maju, yang berdampak pada pelemahan nilai tukar mata uang negara-negara berkembang.

3. Harga Komoditas yang Volatil Indonesia sebagai negara penghasil komoditas, sangat bergantung pada harga komoditas global.

Fluktuasi harga komoditas seperti minyak mentah, batu bara, dan minyak kelapa sawit (CPO) dapat mempengaruhi neraca perdagangan Indonesia, yang pada akhirnya mempengaruhi nilai tukar rupiah.

Pada saat harga komoditas melemah, penerimaan devisa dari ekspor menurun, yang kemudian menekan nilai tukar rupiah.

Faktor-Faktor Domestik yang Menekan Rupiah

1. Inflasi Dalam Negeri Di sisi domestik, tingkat inflasi di Indonesia juga berperan dalam melemahkan nilai tukar rupiah.

Meskipun inflasi terkendali, tekanan harga komoditas energi dan pangan yang masih tinggi dapat memicu kekhawatiran terhadap inflasi yang lebih tinggi di masa mendatang.

Bank Indonesia (BI) sebagai otoritas moneter terus berupaya menjaga stabilitas harga dengan menyesuaikan kebijakan suku bunga, namun tantangan global membuat upaya tersebut tidak sepenuhnya berhasil melindungi nilai rupiah dari tekanan.

2. Defisit Transaksi Berjalan Defisit transaksi berjalan yang dialami Indonesia juga menjadi salah satu penyebab tekanan terhadap nilai tukar rupiah.

Defisit ini terjadi ketika nilai impor barang dan jasa lebih besar dibandingkan dengan nilai ekspor, yang berarti Indonesia lebih banyak mengeluarkan devisa daripada yang diterima.

Ketika defisit ini melebar, permintaan terhadap valuta asing, terutama dolar AS, meningkat, sehingga menekan nilai tukar rupiah.

Kategori :