Sebaliknya, ikan bandeng justru mengalami penurunan harga sebesar 1,10 persen atau Rp370 sehingga menjadi Rp33.140 per kg.
Fluktuasi harga pangan yang terjadi saat ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik domestik maupun internasional.
Beberapa di antaranya adalah kondisi cuaca yang mempengaruhi produksi pertanian, biaya logistik yang meningkat, dan fluktuasi nilai tukar mata uang.
Di Indonesia, distribusi pangan yang tidak merata antara daerah produsen dan konsumen juga sering kali menjadi penyebab utama kenaikan harga komoditas tertentu.
Selain itu, ketergantungan Indonesia pada impor untuk beberapa komoditas seperti bawang putih dan kedelai juga membuat harga bahan pangan tersebut rentan terhadap perubahan kondisi pasar internasional.
Kebijakan perdagangan global, perubahan harga bahan bakar, serta fluktuasi nilai tukar dolar AS turut berperan dalam menentukan harga komoditas impor di pasar domestik.
Dalam menghadapi fluktuasi harga pangan, pemerintah melalui Badan Pangan Nasional (Bapanas) terus melakukan pemantauan dan intervensi pasar untuk menjaga stabilitas harga.
Salah satu langkah yang diambil adalah melalui operasi pasar dan program stabilitas pasokan dan harga pangan (SPHP) yang dikelola oleh Bulog.
Selain itu, pemerintah juga berupaya meningkatkan produksi pangan dalam negeri untuk mengurangi ketergantungan pada impor.
Beberapa kebijakan yang mendukung peningkatan produksi pertanian, seperti subsidi pupuk dan dukungan terhadap petani, diharapkan dapat membantu menstabilkan harga pangan dalam jangka panjang.
Kenaikan harga telur ayam ras menjadi Rp29.210 per kg serta fluktuasi harga komoditas lainnya mencerminkan dinamika pasar pangan di Indonesia.
Meskipun beberapa komoditas mengalami kenaikan harga, beberapa lainnya justru mencatat penurunan.
Upaya pemerintah dalam menjaga stabilitas harga sangat penting untuk melindungi daya beli masyarakat, terutama di tengah tantangan ekonomi yang sedang dihadapi.