Bersama dengan ketiga temannya —Krie Minggun, Krie Resek, dan Krie Jamik— Puyang Dayan melakukan ritual untuk menentukan lokasi permukiman.
Dalam prosesnya, mereka menggali tanah hingga munculnya tanah yang membumbung, yang mereka sebut sebagai mehabung uleh.
Dari tempat ini, mereka membangun balai-balai sebagai tempat berkumpul.
BACA JUGA:Asal Usul Pangkalan Balai Ibukota Kabupaten Banyuasin : Siapa Sosok Tuan Bang Sali dan Thalib Wali ?
Empat juriat kemudian dibentuk dari keempat tokoh ini: Juriat Kabur Bungen, Juriat Anggun Dilaman, Juriat Kumpai Ulu, dan Juriat Karang Liutang.
Masing-masing juriat ini kemudian memainkan peran penting dalam membentuk Dusun Prabumulih, yang menjadi cikal bakal kota yang kita kenal saat ini.
Mungkin tidak banyak warga Prabumulih yang mengetahui sejarah kota ini, yang dahulu dikenal dengan nama Pehabung Uleh.
Kota yang dikenal sebagai "Kota Nanas" ini sebenarnya sudah ada sejak sekitar 700 tahun lalu.
Pada masa itu, Prabumulih terdiri dari beberapa talang kecil yang kemudian berkembang menjadi dusun-dusun, termasuk Pehabung Uleh, Tanjung Raman, Sukaraja, Karang Raja, Muara Dua, dan Dusun Gunung Kemala.
Puyang Tegeri dianggap sebagai sosok yang berjasa dalam pembentukan kota ini. Namun, sayangnya, banyak warga Prabumulih yang tidak mengetahui keberadaan makam Puyang Tegeri.
Makam Puyang Tegeri terletak tidak jauh dari pusat kota, di Jalan Jenderal Sudirman.
Perjalanan menuju makam hanya memerlukan waktu sekitar 5 menit.
Meskipun sebagian jalannya sudah diaspal, ada beberapa bagian yang masih becek dan belum teraspal.
Di sepanjang jalan, pepohonan rindang memberi keteduhan, sementara suara air sungai Kelekar mengalun lembut, menciptakan suasana yang tenang.
Di lokasi makam, terdapat dua makam besar yang terpisah.